Jumat, 17 Mei 2013

Kajian Ilmiyah :: Fiqh Jihad Tafsir Qur'an Surat Al Anfal Ayat 5-14 (bag 2)


By on 19.45


كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (5)
يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (6)
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7)
لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ (9)
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10)
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأقْدَامَ (11)
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الأعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ (12)
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَمَنْ يُشَاقِقِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (13)
ذَلِكُمْ فَذُوقُوهُ وَأَنَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابَ النَّارِ (14)
5. Sebagaimana Rabb-mu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran[596], padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,

6. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
7. dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah[597] yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,
8. agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
9. (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
10. dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
11. (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)[598].
12. (ingatlah), ketika Rabb-mu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka[599].
13. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.
14. Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka.
[596] Maksudnya: menurut Al Maraghi: Allah mengatur pembagian harta rampasan perang dengan kebenaran, sebagaimana Allah menyuruhnya pergi dari rumah (di Madinah) untuk berperang ke Badar dengan kebenaran pula. Menurut Ath-Thabari: keluar dari rumah dengan maksud berperang.
[597] Maksudnya kafilah Abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. Sedangkan kelompok yang datang dari Mekkah di bawah pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama Abu Jahal.
[598] Memperteguh telapak kaki di sini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.
[599] Maksudnya: ujung jari di sini ialah anggota tangan dan kaki.
Allah mengembalikan seluruh harta rampasan perang kepada Allah dan Rasul, agar Rasulullah membagikannya kepada mereka secara merata setelah diambil seperlimanya yang akan dijelaskan penggunaannya nanti untuk membersihkan jiwa orang-orang beriman dari pengaruh situasi dan kondisi yang melingkupinya mengenai harta rampasan, sehingga pertengkaran dapat diredakan dan hak mendistribusikannya berada di tangan Rasulullah sebagaimana yang diajarkan oleh Allah. Maka tidak ada lagi perasaan macam-macam di dalam jiwa mereka berkenaan dengan harta rampasan ini. Kemudian dibagikan secara merata di antara mereka sebagaimana disebutkan di muka.
Setelah itu Allah membuat perumpamaan mengenai kehendak mereka buat diri mereka sendiri dan apa yang dikehendaki Allah buat mereka dan mengenai diri mereka. Tujuannya agar mereka yakin bahwa yang terbaik ialah apa yang dipilihkan Allah buat mereka baik mengenai harta rampasan maupun urusan lainnya. Juga agar mereka yakin bahwa manusia hanya mengetahui apa yang ada di hadapan mereka saja, sedang terhadap perkara gaib mereka sama sekali tidak mengetahuinya.
Allah membuat perumpamaan dari realitas yang ada di hadapan mereka, yaitu peperangan yang mereka saling berbagi rampasannya itu. Apakah gerangan yang mereka inginkan buat diri mereka? Dan apa pula yang dikehendaki Allah buat mereka dan terhadap diri mereka? Apakah arti sesuatu yang mereka kehendaki itu dibandingkan dengan apa yang dikehendaki Allah? Sungguh, ini merupakan peralihan yang jauh dalam realitas dan peralihan yang jauh dalam pandangan dan imajinasi.
5. sebagaimana Rabb-mu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
6. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
7. dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,
8. agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
Sesungguhnya mengembalikan harta rampasan perang kepada Allah dan Rasul, membagikannya di antara mereka secara merata, kebencian sebagian orang mukmin terhadap pemerataan pembagian ini dan sebelumnya kebencian sebagian mereka dengan dikhususkannya orang-orang muda dengan bagian yang lebih banyak, hal ini menyerupai keadaan ketika Allah menyuruhmu keluar dari rumahmu dengan kebenaran untuk berperang melawan orang-orang yang perkasa. Sedangkan, sebagian orang mukmin ada yang tidak menyukai berperang dan di hadapan mereka ada harta rampasan perang ini.
Telah dipaparkan di muka tentang peristiwa-peristiwa peperangan itu bahwa Abu Bakar dan Umar memberikan usulan yang baik ketika Rasulullah mengajak para sahabat bermusyawarah mengenai masalah perang, setelah kafilah Abu Sufyan lepas. Kemudian kaum Quraisy datang dengan segenap kekuatan pasukannya. Lantas Miqdad bin Amir berkata, “WAhai Rasulullah, laksanakanlah perintah Allah, kami akan menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Nabinya, “Pergilah engkau bersama Rabb-mu dan perangilah mereka, sedangkan kami duduk di sini.” Akan tetapi (kami berkata) “Pergilah engkau bersama Rabb-mu, dan perangilah mereka, kami akan berperang bersamamu.”
Demikianlah yang diucapkan oleh kaum muhajirin. Ketika Rasulullah mengulangi perkataan ini kepada orang banyak di antaranya terdapat kaum Anshar bahwa merekalah yang dimaksudkan oleh beliau. Maka Saad bin Muadz menyampaikan perkataan yang panjang berisi kepastian dan menentramkan.
Akan tetapi, apa yang diucapkan oleh Abu Bakar, Umar, Miqdad, dan Sa’ad ini bukanlah perkataan semua orang yang keluar dari Madinah bersama Rasulullah. Pasalnya, sebagian dari mereka ada yang tidak suka berperang, bahkan menentangnya, karena mereka tidak siap berperang. Mereka hanya keluar untuk menghadapi segolongan kecil yang lemah yang menjaga kafilah itu. Setelah mereka mengetahui bahwa kaum Quraisy datang dengan pasukan bekuda dan pasukan pejalan kaki dengan pasukannya yang pemberani, maka mereka sangat tidak menyukai bertemu pasukan itu. Karena inilah yang dilukiskan oleh Al Qur’an dengan ungkapannya yang unik.
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (5)
يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (6)
5. sebagaimana Rabb-mu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
6. mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
Al Hafizh Abu Bakar Ibnu Mardawaih meriwayatkan di dalam tafsirnya dengan isnadnya dari Abu Ayyub Al Anshari, ia berkata, “Kami bersama Rasulullah berada di Madinah, beliau berkata, “Aku mendapat informasi bahwa kafilah Abu Sufyan sedang berangkat pulang, maka maukah kalian keluar untuk menghadapi kafilah itu, mudah-mudahan Allah memberikan kita harta rampasan darinya.” Kami menjawab, “Mau, lalu beliau keluar dan kami pun keluar.
Setelah kami berjalan satu atau dua hari Rasulullah berkata kepada kami, “Bagaimana pandangan kalian kalau kita harus berperang melawan kaum Quraisy itu karena mereka telah mendapat informasi bahwa kalian telah keluar?” Kami menjawab, “Tidak demi Allah, kami tidak mampu berperang menghadapi musuh. Kami hanya menginginkan kafilah dagang.” Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana pandangan kalian kalau kita berperang melawan kaum Quraisy itu?” Kami menjawab seperti yang kami katakan tadi.
Kemudian Miqdad bin Amr berkata, “Kalau begitu, kami tidak akan berkata kepadamu wahai Rasulullah seperti apa yang dikatakan kaum Musa kepada Musa, “Pergilah engkau bersama Rabb-mu dan perangilah mereka sedang kami duduk disini.” Maka kami segenap kaum Anshar berkhayal andai saja kami tadi mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Miqdad bin Amr, niscaya hal itu lebih kami sukai daripada harta yang banyak sekali pun. Lalu Allah, menurunkan ayat:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.”
Inilah gejolak hati sebagian kaum muslimin pada waktu itu dan kebencian mereka untuk berperang. Sehingga, Al Qur’anul karim menyindir mereka, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat sebab-sebab kematian itu.
Begitulah, setelah tampak kebenaran dan setelah mereka mengetahui bahwa Allah menjanjikan kepada mereka salah satu dari dua golongan, tidak ada pilihan lagi bagi mereka sesudah salah satu dari kedua golongan itu lepas, yakni kafilah dagang dan mereka harus menghadapi golongan yang satunya (yaitu pasukan perang Quraisy).
Allah telah menakdirkan bahwa mereka akan bertemu dengan pasukan ini dan bahwa peperangan itu bakal terjadi. Terjadilah apa yang terjadi. Ada kafilah dagang yang lari dan ada pasukan Quraisy yang hendak menyelamatkan harta dagangan mereka. Ada golongan manusia lemah yang tidak memiliki kekuatan yang perkasa dan ada pula golongan manusia yang kuat dan perkasa.
Inilah kondisi yang menyingkap jiwa manusia dalam menghadapi bahaya secara langsung. Tampak pula pengaruh pengarahan yang realistis – bagaimanapun - itikadnya dalam hati dan gambaran yang dilukiskan Al Qur’an di sini yang patut menjadikan kita merendahkan diri menerima takdir kita sebagai konsekwensi I’tikad di dalam menghadapi realitas.
Maka, kita tidak boleh melupakan kekuatan jiwa manusia dan kegamangannya ketika menghadapi sesuatu. Kita tidak boleh putus asa terhadap jiwa kita dan jiwa manusia secara keseluruhan ketika kita melihatnya bergoncang dalam menghadapi bahaya, meskipun hati tetap mantap pada akidahnya.
Setelah itu jiwa cukup mantap untuk berjalan di jalannya, menghadapi resiko dan mengalahkan goncangan yang pertama. Nah, begitulah kondisi para peserta perang Badar, yang mengenai mereka Rasulullah bersabda,
“Tahukah kalian barangkali Allah telah menampakkan sesuatu kepada para ahli Badar. Lakukanlah apa yang kalian sukai, karena sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian.” (HR. Bukhari Muslim)
Dan, hal ini sudah mencukupi.
Tinggallah golongan kaum muslimin yang menginginkan seandainya yang ditentukan Allah untuk mereka hadapi itu bukan pasukan bersenjata yang perkasa,
…………………, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,
8. agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. (QS. Al anfal : 7-8)
Allah sang pemilik karunia dan kenikmatan menghendaki agar mereka berperang bukan mencari harta rampasan. Namun, untuk menetapkan yang hak (Islam) serta membatalkan dan melenyapkan yang batil (syirik). Dia berkehendak untuk membinasakan orang-orang kafir. Maka, di antara mereka ada yang terbunuh dan ada yang ditawan. Pembesar-pembesar mereka merunduk dan kekuatan mereka menjadi lemah.
Sebaliknya, bendera Islam dan kalimat Allah berkibar-kibar. Allah memberi kekuasaan kepada golongan kaum muslimin yang hidup dengan manhaj Allah dan mamantapkan uluhiyah Allah di muka bumi dan menghancurkan thaghut – thaghut.
Allah menghendaki bahwa kekuasaan ini diperoleh dengan perjuangan yang berat dengan jerih payah di dunia nyata dan di medan perang, sehingga mereka layak memperolehnya. Jadi, bukan sebagai hadiah cuma-cuma. Mahatinggi Allah dari melakukan sesuatu secara serampangan.
Ya, Allah menghendaki agar golongan muslim ini menjadi suatu umat, memiliki daulat, memiliki kekuatan dan kekuasaan. Allah menghendaki agar mereka membandingkan kekuatan mereka yang sebenarnya dengan kekuatan musuhnya. Maka, sebagian kekuatan mereka mengungguli kekuatan musuh-musuhnya.
Juga agar mereka tahu bahwa kemenangan itu bukan karena jumlah pasukan, persiapan, harta, sarana dan perbekalan. Tetapi kemenangan itu diperoleh menurut kadar hubungan hati dengan kekuatan Allah yang tidak dapat dihalangi oleh kekuatan manusia. Juga agar semua ini menjadi pengalaman nyata, bukan sekedar ilusi dan kepercayaan hati.
Hal ini supaya kaum muslimin menjadikan pengalaman riil ini sebagai bekal masa depannya. Juga supaya setiap golongan muslim memiliki keyakinan bahwa pada setiap zaman dan lokasi mereka memiliki kemampuan untuk mengalahkan musuh dan lawan-lawan mereka, meskipun jumlah mereka sedikit dan persiapan mereka lemah ketimbang musuh. Hakikat ini tetap mantap di dalam hati sebagaimana tetapnya peperangan yang memisahkan antara kekuatan iman dan kekuatan kezaliman

sumber : lasdipo

0 komentar:

Posting Komentar