Penulis : Yunanto Wiji Utomo
|
www.fcps.edu
Salamander berbintik (Ambystoma maculatum)
Salamander berbintik (Ambystoma maculatum) menjalin simbiosis dengan alga hijau jenis Oophila amblystomatis. Hubungan simbiosis berlangsung sejak salamader masih dalam fase telur. Begitu telur diletakkan, alga hijau itu langsung mengolonisasinya.
Persahabatan dengan alga hijau menguntungkan bagi salamander. Alga hijau menjadi semacam panel surya alami karena kemampuan fotosintesisnya.
Riset yang dilakukann tahun 1940 pada embrio salamander ini mengungkap, alga memanfaatkan sampah embrio sebagai nutrisi membantu fotosintensis. Embrio sendiri mengambil keuntungan dari oksigen yang dilepaskan lewat proses itu. Lebih banyak alga, kesempatan survive embrio makin tinggi.
Riset pada tahun 2011 mengungkap, alga tidak hanya hidup di permukaan embrio, tetapi juga di dalamnya. Lebih ekstrem, bisa juga di dalam sel embrionik.
Berdasarkan hasil riset tersebut, ilmuwan menduga bahwa salamander tak cuma mengambil keuntungan berupa oksigen dari alga. Sangat mungkin embrio juga mengambil glukosa. Jadi, alga berfungsi bak pabrik energi bagi salamander.
Penelitian terbaru Erin Graham dari Temple University di Philadelphia membuktikan hal tersebut. Graham menginkubasi telur salamander dalam air mengandung karbon 14 yang bersifat radioaktif.
Terungkap bahwa embrio salamander terpapar zat radioaktif, kecuali bila diletakkan dalam lingkungan gelap. Hal ini menunjukkan bahwa embrio hanya bisa mengambil karbon 14 dalam bentuk glukosa dari hasil fotisintesis alga.
Lalu, apa yang didapatkan alga dari proses simbiosis itu. Satu hal yang pasti adalah substrat untuk hidup. Tanpa salamander, alga hanya didapati dalam bentuk kista yang mengalami dormansi.
Graham seperti diberitakan New Scientist, Jumat (18/1/2013) menuturkan, semua hewan bisa menjadi kandidat substrat bagi alga ini. Namun, burung dan mamalia tak bakal bersimbiosis dengan alga ini karena telurnya sudah diisolasi dengan dunia luar oleh cangkangnya.(NewScientist)
0 komentar:
Posting Komentar