Oleh: Dr. Ahmad Zain An-Najah*
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ
أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
”Dan mintalah pertolongan (kepada)
Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhhya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , (yaitu)
orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa
mereka akan kembali kepad-Nya” (Qs. al-Baqarah : 45 -46)
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran :
Pelajaran Pertama :
Bahwa Allah memerintahkan seluruh
hamba-Nya untuk selalu bersabar dan menegakkan sholat di dalam
menghadapi segala problematika hidup.
Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan : ”qutila fulanun shobron“
artinya : si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya,
seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Pelajaran Kedua :
Sabar dibagi menjadi beberapa macam :
Pertama : Sabar di
dalam ketaatan, yaitu menata diri untuk selalu mengerjakan
perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Sabar di dalam ketaatan ini
adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa? karena untuk
melakukan suatu ketaatan, diperlukan kemauan yang sangat kuat, dan untuk
menuju pintu Syurga seseorang harus mampu melewati jalan-jalan yang
dipenuhi dengan duri, ranjau dan segala sesuatu yang biasanya dia benci
dan tidak dia sukai, sebagaimana sabda Rosulullah Shalallahu a’laihi
wasallam
وَحَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
”Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi” (HR. Muslim)
Sabar dalam ketaatan ini harus melalui tiga fase :
Fase Pertama : Sabar sebelum beramal.
Ini meliputi perbaikan niat, yaitu mengikhlaskan amal hanya karena Allah
subhanahu wata’ala, dan bertekad untuk mengerjakan ibadat tersebut
sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini Allah berfirman :
إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُوْلَـئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
”Kecuali orang-orang yang bersabar dan beramal sholeh.” (Qs. Hud :11)
Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu
dengan selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala selama beramal, dan
tidak malas untuk mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan sunah dari
amal tersebut. Kalau sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia harus
tetap mengingat bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat
seluruh amalannya, maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang
dilarang oleh Allah selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan
amalan sunah dan wajib, seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor
kepada yang berpuasa, sholat berjama’ah dan sebagainya.
Fase ketiga : Sabar setelah beramal,
yaitu dengan menahan diri untuk tidak mepublikasikan amalnya kepada
orang lain, dan menjauhi diri dari riya’ dan hal-hal yang bisa menghapus
amal perbuatannya. Dalam bersedekah umpamanya, maka setelah
bersedekah, dia harus menahan diri untuk tidak menyebut-nyebut
sedekahnya dan harus menahan diri tidak menyakiti perasaan penerima
sedekah. Allah subahanahu wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
”Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya
dan menyakiti perasan penerima” (Qs. Al Baqarah : 264)
Kedua : Sabar terhadap
maksiat, yaitu selalu menahan diri untuk selalu menjauhi apa-apa yang
dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya. Bentuk sabar ini jauh lebih ringan
jika dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan
sesuatu yang dilarang jauh lebih ringan daripada mengerjakan sesuatu
yang diperintah. Walaupun sebenarnya dalam masalah ini, kadang sifatnya
sangat relatif, artinya bagi seseorang mungkin lebih ringan meninggalkan
sesuatu yang dilarang daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah,
sementara bagi orang lain justru yang terjadi adalah sebaliknya, dia
merasa lebih ringan mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepadanya
daripada meninggalkan sesuatu yang dilarang. Inipun tergantung kepada
bentuk larangan dan perintah. Umpamanya kebanyakan orang bisa bersabar
untuk tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu
mengerjakan sholat berjama’ah di masjid. Sebaliknya kebanyakan orang
sangat sulit dan tidak bisa bersabar untuk meninggalkan ”ghibah”
(membicarakan kejelekan orang lain), akan tetapi sangat bisa dan sabar
kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh
seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga : Sabar terhadap
musibah, yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika terkena musibah.
Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu sudah
terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia
bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi
walaupun begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar
ketika tertimpa musibah. Sabar dalam bentuk ini tersebut dalam firman
Allah subhanahu wata’ala :
وَلَنَبلُوَنّكُم بِشَىءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثّمَراتِ وَبَشِرِ الصّابِرينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar” (Qs. Al Baqarah : 155)
Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا أَصَابَ أَحَدُكُمْ مُصِيْبَةً
فَلْيَقُلْ: إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اللَّهُمَّ
عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ مُصِيْبَتِيْ فَأَجِرْنِيْ فِيْهَا، وَأبْدِلْ لِي
بِهَا خَيْراً مِنْهَا .
”Jika diantara kalian tertimpa
musibah, hendaknya berkata : ”Sesunggunya kami milik Allah dan
sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari
pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala
itu, dan gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah
ini” (HR. Abu Daud)
Hadist di atas benar-benar dipraktekkan
oleh para sahabat, bahkan oleh Ummu Salamah sendiri, tepatnya ketika
suaminya Abu Salamah pada detik-detik terakhir dari hidupnya dia berdo’a
: ”Ya Allah gantilah untuk keluargaku seseorang yang lebih baik dariku”
Dan ketika Abu Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa’ :
Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya,
Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu.
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu
Salamah tetap sabar, tabah dan berdo’a sebagaimana yang diajarkan oleh
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Ternyata Allah mengabulkan do’a
tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu
Salamah, yaitu Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pelajaran ketiga :
Sabar mempunyai tiga tingkatan :
Tingkatan Pertama : As Shobru billah,
artinya : selalu meminta pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala, dan
menyakini bahwa Dialah yang memberikan kepadanya kesabaran, sehingga
ketika bersabar tidaklah merasa sendirian, karena Allah selalu
bersamanya. Dalam hal ini Allah berfirman :
وَاصبِر وَمَا صَبرُكَ إلا بِاللّهِ
”Dan bersabarlah , dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah” (Qs. An-Nahl : 127)
Tingkatan Kedua : As Shobru lillah,
artinya bahwa yang membuatnya dia bersabar adalah kecintaannya kepada
Allah subhanahu wata’ala, ikhlas mengharap ridho-Nya saja. Dia bersabar
bukan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain, tetapi dia bersabar
karena Allah memerintahnya demikian.
Tingkatan Ketiga : As Shobru ma’allah,
artinya : Komitmen seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang
dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala, dia selalu berjalan sesuai
dengan perintah-Nya. Inilah tingkatan sabar yang paling tinggi dan
paling sulit. Dan inilah sabarnya orang-orang Siddiqin.
Pelajaran Keempat :
Dalam ayat di atas Allah subhanahu
wata’ala, selain memerintahkan seseorang untuk bersabar di dalam
menghadapi semua problematikan hidup ini, Allah subhanahu wata’ala juga
memerintahkan seorang muslim untuk menegakkan sholat .
Kenapa dipilih ibadat sholat, bukan ibadat-ibadat lainnya seperti puasa, haji, zakat ataupun yang lainnya ?
Jawabannya adalah bahwa sholat mempunyai
pengaruh yang luar biasa pada diri seseorang sehingga dia bisa tabah,
tegar dan teguh di dalam menghadapi segala problematika hidup. Ini
sesuai dengan hadist yang menyebutkan :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا حَزَبَهُ أَمَرٌ صَلَّى
”Bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang menghadapi masalah, langsung menegakkan sholat “ (HR. Abu Daud)
Begitu juga yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu, ketika dalam suatu perjalan safar
diberitahu bahwa salah satu keluarga dekatnya meninggal dunia, beliau
langsung mengucapkan : Innaa lillahi wa innaa ilahi roji’un, kemudian
berhenti di tepi jalan dan melakukan sholat, setelah itu beiau
meneruskan perjalanannya seraya membaca surat Al Baqarah, ayat 45 di
atas.
Pelajaran Kelima :
Sholat dalam ayat di atas, bisa berarti
do’a. Dengan demikian maka arti ayat di atas adalah : “Dan mintalah
pertolongan ( kepada ) Allah dengan bersabar dan berdo’a. ” Penafsiran
ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ
”Hai orang-orang yang beriman.
apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan
sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (Qs. Al Anfal : 45)
Ayat di atas kalau kita perhatikan
secara seksama kata demi katanya ternyata mirip dengan ayat 45 dalam
surat Al Baqarah, bahkan sampai nomer ayatnyapun sama yaitu 45. Artinya :
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman ketika menghadapi suatu
masalah – dalam hal ini ketika berhadapan dengan musuh -, agar tetap
teguh dan selalu mengingat Allah swt saw banyak-banyaknya. Teguh dalam
surat Al Anfal ayat 45 sebanding dengan sabar dalam surat Al Baqarah
ayat 45. Sedangkan mengingat Allah dalam surat Al Anfal ayat 45
sebanding dengan sholat dalam surat Al Baqarah ayat 45.
Selain itu, ada ayat serupa terdapat
dalam surat Al Hijr, 97-99 yang memerintahkan Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan kaum muslimin untuk bertasbih (mensucikan Allah)
dan bersujud kepada-Nya ketika menghadapi problematika hidup. Allah
subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ
بِمَا يَقُولُونَ ، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ
، وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh
mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka
ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di
antara orang-orang yang bersujud (shalat),dan sembahlah Tuhanmu sampai
datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Qs. Al Hijr : 97-99)
Kalau kita bandingkan tiga ayat di atas kira-kira seperti di bawah ini :
QS. Al Baqarah : 45 = meminta bantuan ( dg SABAR + SHOLAT )
QS. Al Anfal:45 = menghadapi musuh ( dg TEGUH + MENGINGAT ALLAH)
QS Al Hijr : 97-99 = Ketika didustakan ( BERTASBIH + SHOLAT )
Subhanallah ..telah terjadi keserasian
dan kesesuaian antara ayat satu dengan yang lain, dan ini merupakan
salah satu bukti bahwa Al Qur’an datang dari Allah subhanahu wata’ala.
Dalam hal ini Allah subhanahu wata’ala berfirman :
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An Nisa’ : 82)
Pelajaran Keenam :
Selain ayat-ayat di atas, disana ada
beberapa hadist yang menunjukkan bahwa dzikir dan mengingat Allah adalah
senjata utama setiap muslim di dalam menghadapi suatu problematika,
diantara hadist-hadist tersebut adalah :
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ : يَا حَىُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa : ” Wahai Yang
Maha Hidup Kekal, Yang terus menerus mengurus ( mahluk-Nya ), hanya
dengan rahmat-Mu saja, saya meminta pertolongan ” (HR. Tirmidzi)
كَانَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ اِذَا
حَزَبَهُ اَمْرٌ قَالَ: لَا ِالَهَ اِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمِ,
سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ , اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
”Rosulullah shallahu ‘alaihi
wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa:”Tiada Ilah
kecuali Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia,
Maha Suci Allah Robb dari Arsy yang agung, dan segala puji bagi Allah
Robb sekalian alam ” (HR. Ahmad)
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَدْعُوْ عِنْدَ الْكُرَبِ: ” لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ
الْحَلِيْمِ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ,لَا
اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ, وَرَبِّ الْعَرْشِ
الْكَرِيْمِ”.
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa : ”Tiada
Ilah kecuali Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Agung dan Maha
Penyantun, Tiada Ilah kecuali Allah,Yang mempunyai Arsy yang agung ,
Tiada Ilah kecuali Allah Yang Mempunyai langit tujuh, dan Yang mempunyai
Arsy yang mulia” (HR. Bukhari Muslim)
وَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمِ : ”أَلَا اُخْبِرُكُمْ بِشَىْءٍ اِذَا نَزَلَ بِأَحَدِكُمْ
كُرَبٌ أَوْ بَلَاءٌ مِنْ اَمْرِ الدُّنْيَا دَعَا بِهَا فَيَفْرِجُ عَنْهُ
دُعَاءَ ذِى النُّوْنِ: لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى
كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.
Rosululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ”Maukah
aku beritahukan kepadamu sesuatu jika kamu ditimpa suatu masalah atau
ujian dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya, niscaya akan
ada jalan keluarnya ? yaitu do’anya nabi Yunus : ”Bahwa tidak ada Ilah
selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim” (HR. Hakim)
Pelajaran Ketujuh :
Salah satu bukti bahwa sabar dan sholat
akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat serta akan meringankan
beban hidup ini adalah kisah nyata yang dialami oleh salah pemuda yang
tinggal di wilayah Arab. Pada awalnya dia hidup dalam keadaan lebih dari
cukup. Ayahnya adalah seorang guru ngaji di sebuah masjid. Walaupun
begitu keshalehan ayahnya tidaklah menjadikannya seorang pemuda yang
sholeh juga. Dia setiap hari bergelimangan dengan uang, sehingga
terjerat dengan kehidupan yang gelap. Pada suatu hari terjadilah
kecelakaan yang menimpa dirinya yang membuat kakinya lumpuh. Para dokter
mengatakan bahwa tidak ada sebab berarti yang menyebabkan kakinya
lumpuh, diperkirakan hanya gangguan syaraf karena benturan. Suatu hari,
ketika ia sedang turun dari mobil dengan kursi rodanya dengan maksud
singgah di rumah temannya, tiba-tiba ia mendengar suara adzan yang
sanggup menggetarkan hatinya yang selama ini keras. Suara adzan tersebut
ternyata mampu meluluhkan hatinya, dan membuatnya rindu kepada masjid.
Sejak itu dia mulai rajin ke masjid untuk melakukan sholat jama’ah,
walaupun kakinya lumpuh, padahal di saat dia sehat dan kuat, kakinya
tidak pernah sekalipun menginjak masjid. Maha suci Allah Yang menjadikan
musibah sebagai jalan menuju hidayah dan kebaikan. Selang beberapa
minggu dia dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba dia bermimpi melihat
ayahnya bangkit dari kuburan seraya memegang bahunya sambil berkata :
”Wahai anakku janganlah engkau bersedih, karena Allah telah mengampuniku
karenamu ”. Dan mimpi seperti itu berulang-ulang datang kepadanya
setiap dia tidur. Setelah beberapa tahun lamanya dia konsisten melakukan
sholat jama’ah di masjid dan biasanya ia duduk di atas kursi tepatnya
di shof pertama yang paling ujung. Pada suatu hari, ketika ia sholat
shubuh dan kebetulan sang imam membaca qunut panjang sekali, do’a
tersebut mampu menggetarkan hatinya dan membuatnya nangis, secara tidak
sengaja, tiba-tiba hatinya bergetar-getar sangat hebat seakan-akan ingin
keluar dari dadanya .ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, tetapi secara
mendadak dia menjadi tenang kembali dan meneruskan sholatnya bersama
imam hingga selesai. Setelah itu ia bangkit dari kursi secara tidak
sengaja dan bisa berdiri kembali dan penyakitnya sembuh total.
Subhanallah……. beginilah Allah menunjukkan kepada para hamba-Nya tentang
kekuatan sholat yang ternyata membuat seseorang bahagia di dunia dan
akherat.
Pelajaran Kedelapan :
Dari keterangan di atas, bisa
disimpulkan juga bahwa sholat merupakan sarana untuk mencapai sebuah
kesabaran. Ketika Allah memerintahkan seseorang bersabar mungkin kita
akan bertanya-tanya : ”bagaimana caranya supaya bisa bersabar ?”, maka
Allah dalam ayat itu juga memberitahukan bahwa cara yang paling efektif
untuk memupuk kesabaran adalah dengan selalu menegakkan sholat, dan
mendekatkan diri kepada Allah. Mungkin kita juga akan bertanya :
”Bersabar dan menegakkan sholat sesuai dengan aturannya adalah sesutau
yang sangat berat, bagaimana caranya supaya jiwa ini tidak berat untuk
selalu bersabar dan melakukan sholat tersebut ?” Maka Allah subhanahu
wata’ala pada ayat berikutnya menjelaskan caranya, yaitu dengan selalu
mengingat kematian, selalu mengingat bahwa manusia ini cepat atau lambat
akan bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala di akherat nanti untuk
dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang selama ini dikerjakan di
dunia. Untuk mempermudah pemahaman, hal itu bisa digambarkan sebagai
berikut :
- Dunia ini banyak problematika, maka harus dihadapi dengan SABAR.
- Untuk menumbuhkan dan memupuk kesabaran adalah dengan SHOLAT.
- Agar terasa ringan di dalam mengerjakan sholat dan bisa melakukannya dengan khusu’ adalah dengan selalu mengingat AKHIRAT.
Inilah rahasia kenapa Rosulullah
shallalllahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk selalu
memperbanyak mengingat kematian, dalam salah satu hadistnya :
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَاتِ
”Perbanyaklah untuk selalu mengingat ”penghancur kelezatan” (yaitu kematian)” (Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi)
Dalam hal ini Umar bin Abdul Aziz pernah berkata :
أَكْثِرْ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ، فَإِنْ
كُنْتَ وَاسِعَ الْعَيْشِ ضَيَّقَهُ عَلَيْكَ، وَإِنْ كُنْتَ ضَيَّقَ
الْعَيْش وَسِعَهُ عَلَيْكَ
” Perbanyaklah untuk selalu
mengingat kematian, maka jika kamu bercukupan dalam hidup, niscaya dia
akan mempersempitmu, dan jika kamu dalam kesempitan hidup, niscaya dia
akan memperluaskannya untukmu . ”
Kairo, 5 Januari 2008 (ahmadzain.com)
*Direktur Pesantren Tinggi Al-Islam, Pondok Gede, Bekasi
sumber : http://alislamu.com.
0 komentar:
Posting Komentar