Jumat, 25 Oktober 2013

Banyak Pemuda Berangkat ke Suriah, Intelijen Eropa Kelabakan


By on 21.13

Banyak Pemuda Berangkat ke Suriah, Intelijen Eropa KelabakanDinas Intelijen Eropa tengah kelabakan melihat generasi mudanya membanjiri Suriah.

arrisalah13.blogspot.com -  An­twerp – Sekitar 20 petugas polisi turun ke sebuah rumah di An­twerp, Bel­gia pekan lalu untuk menang­kap Jejoen Bon­tinck.
Pemuda ber­usia 18 tahun itu baru saja kem­bali dari Suriah, setelah meng­habiskan delapan bulan di utara negara itu.
Ia ditahan atas tuduhan ter­kait ter­orisme dan pengadilan  di An­twerp pada pekan ini menahan­nya selama sebulan, semen­tara polisi tengah menyelidiki kasus­nya.
Bon­tinck mem­ban­tah tuduhan ter­sebut. Dia meng­atakan bahwa dia hanya bekerja se­ba­gai sopir di sebuah rumah sakit di Suriah untuk mem­bantu warga yang  ter­luka dalam kecamuk per­ang di negara itu.
“Saya bekerja mem­berikan pasokan ban­tuan medis, memin­dahkan orang-orang yang ter­luka dan sakit dari satu tem­pat ke tem­pat lain,” katanya kepada war­tawan sebelum penang­kapan­nya.
” Saya suka mem­bantu orang,” katanya dalam sebuah tayangan di BBC News, sam­bil ber­jalan-jalan meng­enakan jins, jaket puffer dan topi wol.
Bon­tinck adalah salah satu di an­tara sejum­lah orang Eropa yang telah melakukan per­jalanan ke Suriah dalam beberapa tahun ter­akhir. Ber­ba­gai per­kiraan menyebutkan angka 500-600 orang Eropa ber­tan­dang ke Suriah.
Ing­gris, Bel­gia, Per­an­cis dan Belanda adalah sekian negara Uni Eropa yang menyatakan kep­rihatinan bahwa warga negara mereka bisa men­jadi radikal oleh kelom­pok-kelom­pok yang ter­kait de­ngan Al-Qaidah dan meng­ang­gap mereka ber­potensi kem­bali untuk memulai serangan di negeri mereka.
Pihak ber­wenang Bel­gia menuduh Jejoen Bon­tinck mung­kin telah ter­libat dalam per­tem­puran dan men­jadi ang­gota kelom­pok ter­oris. Namun, Bon­tinck mem­ban­tah hal ter­sebut.
“Tidak, aku tidak per­nah men­jadi bagian dari sebuah or­ganisasi,” kata Bon­tinck, kepada BBC.
“Jika saya ikut ber­perang, aku akan mati seperti yang lain sekarang,” tutur­nya polos.
Jejoen Bon­tinck dibesarkan se­ba­gai seorang Katolik oleh ayah­nya yang warga Bel­gia dan ibunya yang kelahiran Nigeria. Ayah­nya meng­atakan ia masuk Islam ketika ia ber­usia 15 tahun setelah ber­temu seorang gadis Mus­lim.
Dulunya ia adalah seorang penari, bahkan tam­pil dalam sebuah video musik Bel­gia. Tapi kemudian ia men­jadi ter­libat de­ngan kelom­pok Sharia4Bel­gium, yang sekarang sudah tidak aktif lagi.
Awal tahun ini polisi Bel­gia meng­gerebek puluhan rumah orang ter­kait de­ngan or­ganisasi ter­sebut. Sharia4Bel­gium ini dituduh telah merek­rut lebih dari 30 orang untuk ber­perang di Suriah pada tahun lalu.
Walikota An­twerp, Bart de Wever de­ngan sinis meng­atakan bahwa pemerin­tah tidak akan meng­am­bil risiko.
“Dia [Jejoen Bon­tinck] meng­atakan bahwa dia hanya melakukan peker­jaan kemanusiaan, tapi ada lubang di ceritanya, ” kata Walikota Bart de Wever, yang juga pemim­pin sayap kanan separatis, New Flemish Alliance (N-VA).
“Dia harus diin­terogasi. Se­ba­gai walikota, aku tidak ter­tarik memiliki ikon radikalisasi atau jihadis Mus­lim di kota saya ini, yang akan merek­rut untuk per­ang suci atau bahkan men­jadi sum­ber radikalisme baru dan bahkan mung­kin ter­orisme dilakukan di sini di tanah kami sen­diri, ” ujar de Wever.
Bel­gia juga telah ber­eaksi pada para militan dan gerilyawan dari negeri itu yang masih meng­um­pulkan ‘tun­jangan pengang­guran’ saat mereka ber­perang di Suriah. Pemerin­tah meng­hapus mereka yang dicurigai ber­jihad ke Suriah dari daf­tar tun­jangan kesejahteraan.
Kasus Jejoen Bon­tinck men­jadi ter­kenal karena kam­panye ayah­nya yang men­coba men­cari anak­nya di Suriah untuk mem­bawanya pulang.
Ayah Jejoen, Dimitri Bon­tinck, ialah seorang mantan ten­tara. Dimitri telah beper­gian dua kali ke Suriah. Dia telah menulis sebuah buku ten­tang pengalaman­nya, merinci ba­gaimana ia dipukuli, disan­dera dan dian­cam mati ketika men­coba untuk menemukan anak­nya.
Ia gagal menemukan anak­nya dan gem­bira anak­nya kini telah kem­bali, tetapi ia meng­k­ritik pemerin­tah Bel­gia. Ia meng­atakan para politisi seharus­nya tidak ter­libat dalam kasus ter­sebut.
“Mereka harus mem­bebas­kan­nya. Ini bukan cara untuk mem­per­lakukan anak-anak kita ketika mereka kem­bali dari Suriah,” kata Dimitri Bon­tinck.
“Apa yang anak-anak ini butuhkan adalah cinta dan keluarga di sekitar mereka, bukan untuk men­stigmatisasi mereka dan menem­patkan mereka di pen­jara.”
Dia meng­atakan kepada BBC bahwa dia “seribu per­sen yakin” anak­nya tidak ter­libat dalam per­tem­puran di Suriah.
“Dia bilang dia tidak per­nah menem­bak satu peluru pun. Dia tidak akan ber­ada di sini [di Bel­gia] saat ini, de­ngan aman, jika ia adalah ang­gota dari setiap jenis kelom­pok.”
Ada kasus lain­nya yang melibatkan pemuda Bel­gia yang beper­gian ke Suriah.  Brian de Mulder yang ber­usia sem­bilan belas tahun, juga dari An­twerp. Ia dilaporkan ber­ang­kat ke Suriah pada bulan Januari tahun ini dan diyakini ting­gal di suatu tem­pat dekat de­ngan Damas­kus.
Awal tahun ini keluar­ganya meng­atakan kepada BBC dari pen­deritaan mereka menunggu kabar dari anak mereka .
Badan in­telijen menyadari bahwa Suriah telah men­jadi tujuan bagi para pejuang Islam di seluruh dunia.
Kesulitan yang dihadapi layanan keamanan di Eropa adalah ba­gaimana memutuskan siapa yang men­jadi an­caman dan siapa yang tidak, dan ba­gaimana agar ber­hasil menun­tut para eks-kom­batan.
Dalam kasus Jejoen Bon­tinck, ia harus menunggu dan melihat apakah polisi Bel­gia per­caya pada ceritanya atau apakah mereka pikir dia telah mem­bantu merek­rut orang lain untuk ber­jihad di Suriah juga.
sumber : kiblat.net

0 komentar:

Posting Komentar