arrisalah13.blogspot.com - Antwerp – Sekitar 20 petugas polisi turun ke sebuah rumah di Antwerp, Belgia pekan lalu untuk menangkap Jejoen Bontinck.
Pemuda berusia 18 tahun itu baru saja kembali dari Suriah, setelah menghabiskan delapan bulan di utara negara itu.
Ia ditahan atas tuduhan terkait terorisme dan pengadilan di Antwerp pada pekan ini menahannya selama sebulan, sementara polisi tengah menyelidiki kasusnya.
Bontinck membantah tuduhan tersebut. Dia mengatakan bahwa dia hanya bekerja sebagai sopir di sebuah rumah sakit di Suriah untuk membantu warga yang terluka dalam kecamuk perang di negara itu.
“Saya bekerja memberikan pasokan bantuan medis, memindahkan orang-orang yang terluka dan sakit dari satu tempat ke tempat lain,” katanya kepada wartawan sebelum penangkapannya.
” Saya suka membantu orang,” katanya dalam sebuah tayangan di BBC News, sambil berjalan-jalan mengenakan jins, jaket puffer dan topi wol.
Bontinck adalah salah satu di antara sejumlah orang Eropa yang telah melakukan perjalanan ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai perkiraan menyebutkan angka 500-600 orang Eropa bertandang ke Suriah.
Inggris, Belgia, Perancis dan Belanda adalah sekian negara Uni Eropa yang menyatakan keprihatinan bahwa warga negara mereka bisa menjadi radikal oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaidah dan menganggap mereka berpotensi kembali untuk memulai serangan di negeri mereka.
Pihak berwenang Belgia menuduh Jejoen Bontinck mungkin telah terlibat dalam pertempuran dan menjadi anggota kelompok teroris. Namun, Bontinck membantah hal tersebut.
“Tidak, aku tidak pernah menjadi bagian dari sebuah organisasi,” kata Bontinck, kepada BBC.
“Jika saya ikut berperang, aku akan mati seperti yang lain sekarang,” tuturnya polos.
Jejoen Bontinck dibesarkan sebagai seorang Katolik oleh ayahnya yang warga Belgia dan ibunya yang kelahiran Nigeria. Ayahnya mengatakan ia masuk Islam ketika ia berusia 15 tahun setelah bertemu seorang gadis Muslim.
Dulunya ia adalah seorang penari, bahkan tampil dalam sebuah video musik Belgia. Tapi kemudian ia menjadi terlibat dengan kelompok Sharia4Belgium, yang sekarang sudah tidak aktif lagi.
Awal tahun ini polisi Belgia menggerebek puluhan rumah orang terkait dengan organisasi tersebut. Sharia4Belgium ini dituduh telah merekrut lebih dari 30 orang untuk berperang di Suriah pada tahun lalu.
Walikota Antwerp, Bart de Wever dengan sinis mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mengambil risiko.
“Dia [Jejoen Bontinck] mengatakan bahwa dia hanya melakukan pekerjaan kemanusiaan, tapi ada lubang di ceritanya, ” kata Walikota Bart de Wever, yang juga pemimpin sayap kanan separatis, New Flemish Alliance (N-VA).
“Dia harus diinterogasi. Sebagai walikota, aku tidak tertarik memiliki ikon radikalisasi atau jihadis Muslim di kota saya ini, yang akan merekrut untuk perang suci atau bahkan menjadi sumber radikalisme baru dan bahkan mungkin terorisme dilakukan di sini di tanah kami sendiri, ” ujar de Wever.
Belgia juga telah bereaksi pada para militan dan gerilyawan dari negeri itu yang masih mengumpulkan ‘tunjangan pengangguran’ saat mereka berperang di Suriah. Pemerintah menghapus mereka yang dicurigai berjihad ke Suriah dari daftar tunjangan kesejahteraan.
Kasus Jejoen Bontinck menjadi terkenal karena kampanye ayahnya yang mencoba mencari anaknya di Suriah untuk membawanya pulang.
Ayah Jejoen, Dimitri Bontinck, ialah seorang mantan tentara. Dimitri telah bepergian dua kali ke Suriah. Dia telah menulis sebuah buku tentang pengalamannya, merinci bagaimana ia dipukuli, disandera dan diancam mati ketika mencoba untuk menemukan anaknya.
Ia gagal menemukan anaknya dan gembira anaknya kini telah kembali, tetapi ia mengkritik pemerintah Belgia. Ia mengatakan para politisi seharusnya tidak terlibat dalam kasus tersebut.
“Mereka harus membebaskannya. Ini bukan cara untuk memperlakukan anak-anak kita ketika mereka kembali dari Suriah,” kata Dimitri Bontinck.
“Apa yang anak-anak ini butuhkan adalah cinta dan keluarga di sekitar mereka, bukan untuk menstigmatisasi mereka dan menempatkan mereka di penjara.”
Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia “seribu persen yakin” anaknya tidak terlibat dalam pertempuran di Suriah.
“Dia bilang dia tidak pernah menembak satu peluru pun. Dia tidak akan berada di sini [di Belgia] saat ini, dengan aman, jika ia adalah anggota dari setiap jenis kelompok.”
Ada kasus lainnya yang melibatkan pemuda Belgia yang bepergian ke Suriah. Brian de Mulder yang berusia sembilan belas tahun, juga dari Antwerp. Ia dilaporkan berangkat ke Suriah pada bulan Januari tahun ini dan diyakini tinggal di suatu tempat dekat dengan Damaskus.
Awal tahun ini keluarganya mengatakan kepada BBC dari penderitaan mereka menunggu kabar dari anak mereka .
Badan intelijen menyadari bahwa Suriah telah menjadi tujuan bagi para pejuang Islam di seluruh dunia.
Kesulitan yang dihadapi layanan keamanan di Eropa adalah bagaimana memutuskan siapa yang menjadi ancaman dan siapa yang tidak, dan bagaimana agar berhasil menuntut para eks-kombatan.
Dalam kasus Jejoen Bontinck, ia harus menunggu dan melihat apakah polisi Belgia percaya pada ceritanya atau apakah mereka pikir dia telah membantu merekrut orang lain untuk berjihad di Suriah juga.
sumber : kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar