arrisalah13.blogspot.com – Jihad Suriah kini telah menjadi magnet bagi umat Islam dunia. Perhatian umat Islam tertuju ke sana. Ya, jihad memang kewajiban mulia yang menjanjikan kemuliaan pula bagi orang-orang yang dipilih oleh Allah.
Wujud perhatian itu di antaranya ialah nasihat para ulama untuk para mujahidin. Termasuk Syaikh Abu Qatadah Al-Falistini. Beliau menyoroti gejala perpecahan di antara mujahidin yang akhir-akhir ini menyita perhatian banyak ulama mujahid.
Abu Qatadah Al-Falistini adalah ulama senior dalam dunia pergerakan jihad. Banyak pengalaman beliau di medan jihad dan dipenjara di beberapa negara dengan tuduhan terorisme dan afiliasi ke Al-Qaidah. Terakhir, beliau dideportasi dari Inggris ke Yordania. Semoga Allah membebaskannya.
Meskipun berulang kali menyebutkan nasihatnya dengan dasar cinta, kalimat-kalimat Syaikh cukup tajam mengkritisi gejala tidak baik yang kemungkinan bisa mematikan perjalanan jihad itu sendiri.
Syaikh mengingatkan bahwa siapa pun yang mengetahui nilai jihad pasti tahu bahwa jihad tidak akan menjadi berkah kecuali dilaksanakan dengan benar, dari sisi urgensi dan nilainya. Beliau menambahkan, “Terutama orang yang hatinya diberi petunjuk oleh Allah, ia pasti tahu bahwa jihad ini tidak ditegakkan kemudian hilang (baca: dibenci orang). Ia ditegakkan untuk berkelanjutan dan tetap lurus hingga sempurnalah realisasi penaklukan Baitul Maqdis dan juga menegakkan daulah Islam yang unggul dan jaya, dengan izin Allah.
Syaikh menyebut, kabar-kabar baik yang sampai kepada umat Islam itu datang dari mereka, yang berjihad di Suriah. Hal ini dibuktikan dengan sambutan umat Islam dunia yang sangat besar terhadap Suriah. Demikian pula kabar-kabar amaliyah jihad yang menggembirakan setiap mukmin yang mencintai kebaikan untuk agama ini. Bahkan banyak umat Islam yang hijrah dan bergabung dengan mereka. Untuk mendapatkan pahala jihad yang diberkahi.
Semua itu menurut Syaikh, juga ada di medan-medan jihad Islam sebelumnya. Hanya saja, jihad hari ini di Suriah berada dalam kendali mereka dengan berbagai kekuatan dan dukungan. Ini tidak lepas dari izin Allah untuk merealisasikan janji ilahi yang kita harapkan. Yaitu kebaikan yang agung dalam jihad.
Hanya saja, Syaikh mengkhawatirkan, semua simpati dan perhatian umat atas keberhasilan mereka ini lenyap semuanya disebabkan oleh dosa perpecahan dan perselisihan. Terutama orang yang mengetahui dampak perpecahan di beberapa medan jihad sebelumnya di banyak wilayah.
Menurut catatan Syaikh, di setiap bumi jihad sebelumnya, selalu ada orang yang meremehkan perpecahan seperti itu, kemudian akibatnya sangat menyakitkan. Musuh tertawa, sedangkan orang-orang yang memiliki kecemburuan terhadap Islam dan jihad hatinya terluka. Karena itulah, Syaikh menyampaikan beberapa pesan untuk para mujahid di bumi Suriah:
1. Ketahuilah bahwa jihad kalian di bumi Syam adalah milik umat. Bukan milik kalian. Meskipun kalian yang dimuliakan sebagai pelakunya, ini tidak berarti bahwa jihad itu milik kalian saja. Orang yang tidak bisa hadir di situ karena suatu uzur bahkan lebih utama daripada kalian.
Menurut Syaikh, jihad di Suriah tidak lahir sebagai bayi baru begitu saja. Jihad di Suriah adalah mata rantai panjang yang tidak lepas dari keringat ulama dan mujahid sebelumnya hingga sekarang sampai kepada mereka.
Karena itulah, Syaikh berpesan dengan rasa cintanya kepada mereka, “Dengarkanlah mereka (ulama dan mujahid senior mereka) dan lihatlah bahwa apa yang ada pada kalian sekarang adalah tanaman orang lain. Mereka memiliki keutamaan pada posisi kalian sekarang ini.”
Bila itu tidak diperhatikan, kata Syaikh mengingatkan, banyak sudah pengalaman orang yang tertipu oleh kemenangan dan kemapanan yang diraih. Namun setelah itu berakhir dan lenyap.
Bahkan, mereka saling berperang hingga sebagian membunuh sebagian lainnya. Ini terjadi karena penyakit mabuk kepemimpinan. Kemabukan itu pun semakin kuat bila didukung dengan hadis-hadis dan klaim-klaim afdhaliyah. Allah tahu bahwa itu adalah tameng yang lemah dan tidak ada hakikatnya.
2. Berhati-hatilah wahai mujahidin, baik pemimpin maupun prajurit, dari fatwa-fatwa yang tidak jelas, tulisan pelajar pemula, atau bukan pelajar yang mengaku pelajar. Yakni fatwa dan tulisan yang mewajibkan satu pihak tunduk secara paksa kepada pihak lain dengan dalih fatwa syar’i (untuk taat kepada pemimpin kelompok tertentu).
Pemaksaan seperti itu, menurut Syaikh adalah langkah kekanak-kanakan. Sebab, perselisihan tidak akan bisa dipecahkan kecuali dengan perjanjian damai. Dan ini lebih utama, seperti disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan berdamai itu lebih baik.” (An-Nisa: 124).
3. Nasihat saya sekarang, secara ringkas: Berusahalah membentuk Mahkamah Syar’iyyah dengan menempatkan ahli ilmu pada posisinya yang benar. Demikian pula orang-orang yang bijak dan mata hatinya tajam. Orang-orang yang tepat dan layak ini bekerja untuk mengeluarkan keputusan-keputusan yang berlaku wajib bagi semua pihak. Tujuannya ialah mewujudkan persatuan dan kesepakatan. Semua keputusan mereka diterima, kecuali bila menguatkan perpecahan antara mujahidin, sebab, perpecahan itu tidak ada dasar syar’inya. Hanya satu dasarnya, yaitu mabuk kepemimpinan dan rusaknya pemikiran.
4. Pada poin ini Syaikh tidak menginginkan mujahidin justru dijauhi oleh orang-orang yang kurang pemahanan, bangga dengan pemikirannya sendiri dan fanatis terhadap nama kelompok atau Amir. Orang-orang seperti ini akan menjauhi saran dan nasihat. Dalam beberapa situasi, mereka lebih keras suaranya dan banyak mempengaruhi orang. Akan tetapi, mereka banyak menimbulkan kerusakan di setiap waktu. Nasihat saya, kata Syaikh, sebagian pemimpin menyukai orang-orang seperti ini karena mereka bisa mewujudkan keinginannya menjadi pemimpin. Mereka bisa melanggengkan kepemimpinannya.
5. Sebagai tambahan, Syaikh mengingatkan bahwa kepemimpinan sekarang ialah kepemimpinan jihad. Kelompok-kelompok yang ada sekarang ini adalah kelompok-kelompok jihad. Maka tidak ada Amir yang dapat diposisikan seperti Khalifah atau nama dan gelas setingkat itu. Siapa yang tidak memahami makna ini, maka kerusakannya lebih besar.
Sebab ia mewajibkan orang lain taat layaknya ketaatan kepada Amirul Mukminin atau Khalifah umat Islam. Ia menyuruh orang lain untuk mengikuti perjanjian damai atau pengadilan dalam makna lain (tunduk kepada Khalifah). Padahal, jamaah-jamaah itu adalah jamaah jihad yang berusaha merealisasikan kemenangan. Bila begitu, tidak ada yang terwujud kecuali kerusakan. Karena dasarnya adalah kebodohan dan tipuan yang tidak bisa diterima oleh ahli ilmu.
6. Saya berharap, orang yang enggan menerima nasihat kecuali dari orang yang dia sukai saja, semadzhab, atau sekelompok, semoga Allah tidak menjadikan dia sebagai tempat meminta pertimbangan. Agama Yahudi itu berjalan menurut orang yang memegang tradisi mereka saja atau sebagian mereka. Seperti disebutkan oleh Allah, “Dan bila dikatakan kepada mereka, berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah, mereka berkata, ‘Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.’ Dan mereka ingkar kepada apa yang datang setelah mereka.” (Al-Baqarah: 91).
Perbuatan seperti ini tumbuh dari hawa nafsu dan meremehkan pendapat orang lain. Akhirnya, ia berpikir, yang harus didengar adalah pendapatnya sendiri. Kebenaran itu semua ada padanya, sedangkan orang lain apa pun salah. Ia menolah perdamaian kecuali syarat darinya sendiri.
7. Ketahuilah wahai ikhwah, kondisi hari ini adalah ujian. Bahkan dalam hal pembagian ghanimah saja terjadi saling mendahului.
Sekali lagi, mabuk kepemimpinan adalah penyakit jiwa. Akan tetapi, siapa yang bertakwa kepada Rabbnya dan beramal untuk negeri akhirat, ia tahu bahwa yang terbaik adalah yang di akhirat. Sebab ia tidak tahu apakah mati hari ini atau besok. Surga atau neraka kemungkinan tempat kembalinya, jaraknya sama-sama lebih dekat daripada tali sandalnya. Maka hendaknya niat dan keinginannya tiada lain kecuali menolong agama dan membuat orang-orang kafir marah. Dan ini bisa terwujud dengan persatuan. Karena perpecahan itu keburukan.
Di akhir pesannya, Syaikh menyampaikan bahwa pesan-pesannya adalah ungkapan cinta. Tiada nama yang didukung kecuali Islam dan tiada yang dicintai kecuali jalan jihad. Beliau melihat individu itu hanyalah alat untuk menegakkan agama, bukan menjadi tujuan. Syaikh mencintai dan ingin jihad ini terus berlangsung sampai pada titik pusat Negara Islam. Yakni negeri Syam di akhir zaman. (http://tawhed.ws/dl?i=02111303)
sumber : kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar