Jumat, 10 Januari 2014

Setelah ISIS, Jabhah Nusrah Bakal Dilibas


By on 20.38


Setelah ISIS, Jabhah Nusrah Bakal DilibasBendera Jabhah Nusrah

arrisalah13.blogspot.com - Abdul Bari’ Al-Atwan, Pimred Al-Quds Al-Araby menulis analisis menarik merespon statemen audio pimpinan Jabhah Nusrah beberapa hari lalu. Selain mengungkap peran Barat dan negara-negara Teluk dalam mendongkel peran ISIS—terlepas dari beberapa kekurangan kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi tersebut, wartawan yang pernah wawancara langsung dengan Usamah bin Ladin rahimahullah itu juga mengungkap pilihan bijak Jabhah Nusrah di tengah pusaran konflik. Tak lupa, mengapa depan Suriah pasca Asad adalah mimpi buruk bagi Barat dan Israel.

KIBLAT.NET, Jabhah Nusrah telah menisbatkan diri sebagai cabang Al-Qaidah pimpinan DR. Aiman Al-Zawahiri di Suriah. Meski saat ini dikabarkan sedang terlibat perselisihan dengan Daisy (singkatan Daulah Islamiyah Iraq dan Syam) di Suriah, Jabhah Nusrah tetap bersikap moderat. Tidak lain, tujuannya adalah menyelesaikan perselisihan antara sesama mujahidin.
Sampai beberapa pekan terakhir ini, Jabhah Nusrah masih dituding sebagai kelompok teroris oleh Amerika dan negara-negara Teluk. Tentu saja, tudingan tersebut sengaja dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menancapkan pengaruh mereka di Suriah.

 Sikap Bijak Jabhah Nusrah
Abu Muhammad Al-Jaulani, pemimpin Jabhah Nusrah membentukLajnah Syar’iyyah (Komite Syariat) yang bertujuan memadamkan api perselisihan di barisan pejuang Suriah tersebut. Lajnah tersebut akan memutuskan perkara-perakara kriminal yang merenggut harta dan jiwa seseorang—akibat perselisihan itu—serta membebaskan para tawanan yang ditangkap masing-masing pihak yang berselisih. Selanjutnya,Lajnah yang beranggotakan orang-orang berkompeten dari faksi-faksi terkemuka dan tidak memihak itu nantinya dapat menyatukan seluruh faksi pejuang Suriah.
Walaupun Al-Jaulani telah membentuk Lajnah Syar’iyah, sulit dikatakan perselisihan akan segera berakhir. Masalahnya, aku Al-Jaulani sendiri, masih terdapat pihak yang tidak memberikan kesepakatan, bahkan penolakannya pembentukan Lajnah tersebut.
Sebenarnya, Syaikh Al-Jaulani sudah mengingatkan bahwa perselisihan ini adalah “perselisihan jahiliyah” antara Muhajirin dan Anshar. Semua pejuang dari luar Suriah menjadi sasaran pembunuhan dan pengusiran. Terkait mujahidin yang disebut “Daisy” yang hampir semua pejuangnya dari luar Suriah (Muhajirin), kemungkinan atas dasar inilah mereka menjadi sasaran pembersihan faksi-faksi asli Suriah (Anshar). Terlebih, operasi pembersihan tersebut didukung  oleh faksi yang didukung AS, Saudi dan Turki, seperti Jabhah Islamiyah, FSA dan Jaisy Al-Mujahidin di front pertama.
Atau dengan makna lain, dapat dikatakan bahwa awalnya memang negara-negara Arab telah mendorong, mendanai dan mempersenjatai pejuang asing, kemudian memberi dukungan kepada Mujahidin untuk membantu saudara-saudara mereka “Ahlus Sunnah” di Suriah untuk menggulingkan rezim. Namun setelah semuanya berjalan, negara-negara itu berbalik memusnahkan mereka.

Dilema Barat
Kita tidak menyangkal kalau Al-Jaulani mengakui bahwa “Daisy” telah melakukan kesalahan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa kelompok  lain juga tak lepas dari kesalahan. FSA misalnya, yang liberal dan lebih cenderung ke paham demokrasi. Demikian juga kelompok-kelompok lain dengan kesalahan-kesalahan berbeda yang dapat disaksikan di situsyoutube.com.
Sebenarnya, tidak sulit untuk menyimpulkan adanya rencana-rencana tertentu dan telah disepakati oleh kekuatan-kekuatan yang ikut dalam Konferensi Jenewa. Puncak rencana-rencana tersebut adalah menghabisi seluruh faksi Islam di bumi Suriah. Akan tetapi berangsur-angsur rencana itu tidak sesuai yang diharapkan. Karena, sebagaian besar kekuatan-kekuatan itu, menurut pandangan AS dan Rusian, tidak mau hidup berdampingan dengan yang lain. Mereka juga tidak berpandangan bahwa demokrasi yang diraih dari jajak pendapat bukanlah contoh yang mereka ingin terapkan di Suriah, pasca lengsernya rezim Bashar Al-Asad.
Jabhah Nusrah sekarang ini bisa menjadi sebagai penengah serta mendapat pengakuan dari faksi-faksi lain yang didukung AS dan Saudi.Namun, tidak menutup kemungkinan setelah Daulah Islamiyah Iraq dan Syam dihabisi dan diusir dari Suriah, elemen-elemen Jabhah Nusrah juga akan ditangkap atau dieksekusi atas tuduhan terorisme.
Sebagian besar organisasi Islam yang berjuang di Suriah, termasuk organisasi dukungan Barat dan Arab, memiliki dua tujuan utama. Pertama, membentuk negara Islam dan menerapkan hukum Islam di dalamnya. Kedua, menggulingkan rezim Suriah dengan landasan pembelaan terhadap masyarakat Sunni. Ideologi seperti ini yang tidak disukai Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara Teluk yang mempunyai kepentingan dalam konflik Suriah.

Mimpi Buruk Israel
Kita tidak boleh melupakan Israel dan perannya dalam membentuk kebijakan Barat di Timur Tengah. Kekacauan bersenjata adalah ancaman terbesar terhadap keamanan dan stabilitas Israel. Inilah yang menjadi mimpi buruk bagi Barat dan Israel.
Tindakan Amerika Serikat bersama rezim Syiah Iraq yang memerangi kelompok afiliasi dengan Al-Qaedah adalah bukti lebih lanjut dari yang kami katakan tadi. Bukan sebuah kebetulan bahwa Washington mengirim rudal “hellfire” untuk menghantam Al-Qaedah dan pengunjuk rasa di wilayah Anbar sebagai reaksi atas hal tersebut.
Ryan Crocker, mantan diplomat dan Dubes AS di Iraq mengatakan dalam sebuah wawancara dengan New York Times bulan lalu bahwa, “keberlangsungan hidup Presiden Asad adalah pilihan yang buruk.” Untuk itu perlu dipertimbangkan kembali tentang masa depan Suriah. Karena jika Asad tumbang, maka Al-Qaedah yang akan muncul setelahnya. Dan, ini adalah masa depan yang lebih buruk dari sebelumnya.
sumber : kiblat.net

0 komentar:

Posting Komentar