Senin, 04 Februari 2013

Dana Riset Minim, Indonesia Rentan "Kecolongan"


By on 18.58


Penulis : Yunanto Wiji Utomo


 Chris Murphy Tawon monster Garuda yang ditemukan di Sulawesi.

CIBINONG - Peningkatan dana riset diperlukan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam sains serta memperkecil risiko kecolongan sumber daya alam hayati dan publikasi ilmiah.

Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Nuramaliati Prijono, mengatakan, selama ini minimnya dana riset membuat Indonesia harus bergantung pada kerjasama asing.


Dalam penelitian taksonomi misalnya, Lili mengatakan, "Kalau dana, tenaga ahli dan fasilitas tidak ada, maka sampel (berupa bahan hayati) harus dibawa ke luar negeri."

Sampel hayati sebenarnya sah-sah saja dibawa ke luar negeri. Dalam aturannya, sampel hanya bisa digunakan untuk keperluan identifikasi dan tidak bisa diberikan pada pihak lain. Sampel dapat dibawa setelah disertai dengan Material Transfer Agreement (MTA).

Tapi, kenyataan kadang tak semanis perjanjian. Pengalaman sebelumnya, ada kasus dimana spesimen yang dikoleksi di Indonesia dibawa ke luar negeri, diberikan ke pihak lain, diidentifikasi serta dipublikasikan tanpa menyertakan nama peneliti Indonesia.

Lili mengungkapkan perlunya dana riset untuk mendukung pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia.

"Kalau dana mendukung, risiko untuk kecolongan itu bisa dikurangi karena kita bisa melakukannya sendiri. Negara-negara seperti India dan Malaysia itu bisa mengundang peneliti asing ke negaranya karena dana dan fasilitasnya memadai," kata Lili di Cibinong, Senin (4/2/2013)

Dana riset Indonesia kini masih sangat minim, kurang dari 1 persen dari APBN. Negara lain memiliki dana penelitian hingga 2-3 persen dari total anggaran.
sumber :  KOMPAS.com

0 komentar:

Posting Komentar