Para politikus itu tidak mampu merealisasikan satu pun dari tuntutan-tuntutan legal rakyat muslim sunni Irak, pun gagal mengembalikan atau meraih satu pun dari hak-hak rakyat muslim sunni yang dirampas oleh rezim Syiah Irak. Bahkan seorang politikus sunni itu tidak mampu untuk melindungi keselamatan nyawanya sendiri jika rezim Syiah Irak akan membunuh atau menangkap mereka. Politikus sunni itu lebih tidak mampu lagi untuk melindungi para pengawalnya, marganya, dan sukunya, terlebih lagi melindungi rakyat muslim sunni Irak.
"Para pemimpin politik pengkhianat dari kalangan Ahlus Sunnah selama satu dekade ini telah menjadi benteng-benteng dan tembok-tembok yang memisahkan antara orang-orang Rafidhah dan mujahidin. Mereka menjual agama mereka dan mengkhianati rakyat mereka sendiri ketika mereka masuk menjadi bagian dari pemerintahan Shafawiyah dalam kegiatan politik palsu. Mereka mati-matian membela pemerintahan Rafidhah, menjual agama mereka demi sedikit kursi kekuasaan, dan meneguhkan kekuasaan Rafidhah. Mereka membiarkan rezim Rafidhah membunuhi, menangkapi, menyiksa dan memerkosa rakyat Ahlus Sunnah.
Setelah penjara-penjara rezim Syiah Irak dipenuhi oleh kaum laki-laki dan wanita Ahlus Sunnah, maka rezim Syiah Irak mulai melakukan kejahatan serupa terhadap sekutu-sekutu mereka dari kalangan pengkhianat Ahlus Sunnah tersebut, satu per satu. Dimulai dengan vonis hukuman mati untuk wakil presiden Irak, Tariq Al-Hasyimi pada 9 September 2012 lalu. Lalu penangkapan terhadap para pengawal mentri keuangan, Rafa' Al-Isawi. Kini para pengkhianat Ahlus Sunnah itu menuai buah dari pengkhianatan mereka, justru dari pihak rezim Syiah Irak yang selama ini mereka layani dan "jilati."
Pesan audio juru bicara resmi Daulah Islam Irak itu diproduksi oleh Yayasan Media al-Furqan dan dirilis secara resmi oleh Al-Fajr Media Center. Pesan audio itu berjudul Sab'u Haqaiq atau Tujuh Fakta. Para pengkhianat ahlus sunnah Irak telah mendapat pembagian sedikit kursi kekuasaan dalam rezim Syiah Irak yang dibentuk oleh penjajah salibis AS dan NATO pada 2005. Para pengkhianat itu terlibat aktif dalam memerangi mujahidin Islam yang berjuang untuk mengusir penjajah salibis AS-NATO dan meruntuhkan rezim boneka Syiah Irak loyalis Iran.
sumber : arrahmah.com
0 komentar:
Posting Komentar