Dr. Ahmad Zain An Najah, MA.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
‘’Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta
bendanya dan apa yang ia usahakan.kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di
lehernya ada tali dari sabut’’
Sebab Turunnya Ayat :
Para ahli tafsir menyebutkan
beberapa riwayat tentang sebab turunnya surat al Masad, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Riwayat Pertama:Dari Ibnu Abbas dia berkata, "Tatkala turun ayat :
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين
“ Berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.“ (Qs. Asy Syu'ara : 214) dan kelompokmu yang ada disekitarmu.
Maka Rasulullah keluar dan menaiki
Bukit Soffa lalu berteriak memanggil Ya Shobaha. Sebagian mereka
tertanya-tanya siapakah yang berteriak. Sebagian mereka menjawab, 'Muhammad'. Maka mereka pun mulai berkumpul ke arah beliau.
Lalu Beliau pun bersabda: "Wahai Bani Fulan! Bani Fulan! Bani Fulan! Wahai Bani Abdul Manaf! Wahai Bani Abdul Muththalib! ' Maka mereka semua pun menghampiri beliau. Rasulullah kemudian bersabda:
أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
"Apakah pendapat kamu seandainya
aku kabarkan kepada kamu bahwa satu pasukan tentera berkuda akan keluar
melalui kaki bukit ini untuk menyerang kamu. Apakah kamu akan
mempercayaiku? 'Mereka menjawab, 'Kami tidak pernah mendapati kamu berdusta'. Rasulullah bersabda lagi: 'Sesungguhnya aku membawa berita ancaman kepadamu tentang azab yang pedih'."
Ibnu Abbas berkata bahwa Abu Lahab memaki sambil berkata :
تَبًّا لَكَ أَمَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا
“Celaka kamu! Apakah kamu minta kami berkumpul hanya untuk mendengar perkara ini (yaitu memberitahu berita ancaman azab).”
Lantas Abu Lahab berlalu pergi. Maka turunlah surat :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وتَبَّ
“ Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan celaka “ Demikianlah al-A'masy membaca hingga akhir surat." ( HR Muslim )
Riwayat Kedua :
Diceritakan oleh Abdurrahman bin Zaid
bahwasanya Abu Lahab mendatangi Nabi, lalu ia berkata : Apa yang akan
diberikan kepadaku jika aku beriman kepadamu, wahai Muhammad ? Maka
beliau bersabda : ’Sebagaimana apa yang telah diberikan kepada kaum muslimin’. Abu Lahab bertanya: ‘Tidakkah aku akan mendapatkan lebih dari mereka’. Beliau bersabda :’Apa sih yang engkau inginkah? Abu Lahab berkata:
تبا لهذا من دين، أن أكون أنا وهؤلاء سواء
“Celakalah agama ini, apakah aku disamakan dengan mereka “.Maka Allah menurunkan ayat :
تَبَّتْ يَدا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“ Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan celaka “Riwayat Ketiga :
Dari Asma’ binti Abi Bakar, ia berkata: “Ketika turun ayat
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab’.
Seorang wanita yang buta sebelah matanya, Ummu Jamil binti Harb muncul,
ia memiliki suara yang melengking dengan tinggi, sedang di tangannya
terdapat batu. Ia mengatakan:
مُذَممًا أبَينَا ودينَه قَلَينا وَأمْرَه عَصَينا
“Dia orang hina yang kami abaikan, agamanya kami remehkan, dan perintahnyapun selalu kami durhakai”.
Dan Rasulullah sedang duduk di masjid
bersama Abu Bakar. Ketika melihat istri Abu Lahab, Abu Bakar berkata:
’Wahai Rasulullah, ia telah muncul sedang aku khawatir dia akan
melihatmu. Maka Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya ia tidak akan pernah
melihatku’. Dan beliau membaca Al-Qur’an, sehingga terlindung dengannya,
sebagaimana firman Allah :
وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا
‘Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an,
niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akherat, suatu dinding yang tertutup’ (QS. Al-Isra’: 45)
Kemudian ia datang sehingga berhenti
dekat Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah, lalu ia berkata: ‘Wahai Abu
Bakar telah sampai berita kepada saya, bahwa sahabatmu telah mencaciku.’
Abu Bakar berkata: ‘Tidak, demi Rabb Pemelihara Ka’bah ini, beliau
tidak mencacimu.’ Kemudian ia berpaling seraya berkata: ‘Kaum Quraisy
telah mengetahui kalau aku anak perempuan pemuka-nya.’”
Hadits Yang Berkaitan Dengan Surat Al-Lahab
Dari Abdul Wahid bin Sulaim; dia
berkata; Aku memasuki Makkah kemudian aku menemui Atha bin Abu Rabbah.
Maka aku berkata kepadanya, "Wahai Abu Muhammad, sesungguhnya penduduk
Bashrah memperbincangkan masalah Qadar." Lalu Atha' berkata, "Wahai
anakku, apakah kamu membaca Al Qur'an?" Aku menjawab, "Ya" 'Atha`
melanjutkan, "Bacalah surat Az-Zukhruf." Abdul Wahid berkata; Maka aku
pun membaca :
حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ
“ (Haa miim, Demi Kitab (Al Qur'an)
yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa
Arab supaya kamu memahami-nya. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam
induk Al Kitab (Lauhul Mahfudz) di sisi kami, adalah benar benar tinggi
(nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah)." ( Qs az-Zukhruf ( 43 ): 1-4 )
Kemudian Atha' bertanya, " Apakah kamu
tahu apa maksudnya Ummul Kitab?" aku menjawab, "Hanya Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu." Atha' berkata, "Sesungguhnya Ummul Kitab
adalah kitab yang ditulis oleh Allah sebelum menciptakan langit dan bumi
di dalamnya terdapat ayat yang menyatakan bahwa Fir'aun termasuk
penghuni neraka, dan di dalamnya terdapat ayat :
بَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“ Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa "
Atha' berkata lagi; Aku bertemu dengan
Al Walid bin Ubadah bin Ash Shamith sahabat Rasulullah, aku tanyakan
kepadanya tentang, "Wasiat apakah yang di wasiatkan bapakmu pada saat
wafat?" Dia menjawab : “ Bapakku pernah memanggilku kemudian dia
berkata kepadaku, "Wahai anakku, bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
sesungguhnya kamu tidak akan sekali kali bertakwa kepada Allah,
sehingga kamu beriman kepada Allah dan beriman kepada adanya takdir
seluruhnya yang baik maupun yang buruk, jika kamu meninggal tidak berada
di atas keimanan ini maka kamu akan masuk neraka, sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الْأَبَدِ
'Sesungguhnya yang pertama kali
Allah ciptakan adalah Al Qalam kemudian Allah berfirman: 'Tulislah' Maka
Al Qalam bertanya, 'Apa yang aku tulis? ' Lalu Allah berfirman:
'Tulislah takdir yang telah terjadi dan yang akan terjadi sepanjang
masa. “ ( HR Tirmidzi ) Abu Isa berkata : Hadits ini adalah gharib bila ditinjau dari jalur sanad ini.
Sekilas Tentang Surat Al Masad
Dalam surat Al Masad ini diceritakan
tentang potret keluarga yang paling celaka dalam sejarah kehidupan
manusia, suami istri bekerja sama bahu membahu untuk menghalangi jalan
Allah, memerangi umat Islam dan memadamkan cahaya Allah.
Dalam kisah ini juga menjadi bukti dan
penguat sebuah penelitian yang mengatakan bahwa suami istri biasa
mempunyai kemiripan dan kesamaan, bahkan sampai kepada wajah, pola
hidup, cara bicara, bergaul dan lain-lainnya. Karena walaupun pada
awalnya suami istri adalah dua sosok yang berbeda, tetapi karena
seringnya berinteraksi secara fisik dan non fisik. Mereka berdua
bersama-sama mengarungi bahtera kehidupan ini dengan segala suka dan
dukanya, maka kebersamaan dalam waktu panjang tersebut membuat mereka
berdua melebur jadi satu, sehingga tidak aneh karena lama kelamaan
mereka berdua mempunyai kesamaan dalam banyak hal.
Inilah yang terjadi dalam keluarga Abu
Lahab, suaminya adalah tokoh Qurasiy yang menentang dakwah nabi Muhammad
saw, istrinya juga anak dari tokoh Qurasy ikut mendukung suaminya dari
belakang, seraya menyebarkan fitnah dengan menjelek-jelekan nabi
Muhammad saw, sehingga kedua-duanya mendapatkan laknat dari Allah dan
termasuk orang-orang yang celaka di dunia dan di akherat. Na’udzu billah min dzalik.
Ayat Pertama :
بَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa"
Dalam ayat ini, Allah menyatakan secara
tegas bahwa Abu Lahab akan binasa dan celaka. Hal itu dikarenakan dia
memusuhi Allah dan rasul-Nya. Dan setiap yang memusuhi Allah dan
rasul-Nya pasti akan binasa dan celaka. Itu ketentuan Allah dan tidak
ada satupun dari makhluq ini yang bisa mencampuri urusan Allah.
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” ( Qs al Anbiya’ : 23 )
Bagaimana dengan manusia ? Apakah
dibolehkan mendoakan celaka kepada musuh-musuh Islam ? Jawabannya boleh,
tetapi tanpa menyebut nama-nama mereka, cukup menyebut perbuatan
mereka. Karena manusia tidak tahu tentang taqdir Allah terhadap
seseorang, apakah dia termasuk yang ditaqdirkan Allah sebagai manusia
yang bahagia sehingga akan masuk syurga, atau sebagai orang yang celaka
sehingga akan masuk neraka.
Dalilnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwasanya ia berkata :
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مِنْ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ الْفَجْرِ يَقُولُ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا
وَلَكَ الْحَمْدُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ : لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو عَلَى صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ وَسُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو وَالْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ فَنَزَلَتْ : لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
“ Dia mendengar saat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kepalanya dari rukuk di rakaat
terakhir shalat shubuh, beliau mengucapkan: "Ya Allah, laknatlah fulan,
fulan dan fulan, " yaitu setelah beliau mengucapkan: "Sami'allahu liman
hamidah, rabbanaa walakalhamdu." Setelah itu Allah menurunkan ayat:
'(Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga
firmanNya- Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) ” (Qs. Ali Imran: 128).
Dalam riwayat lain bahwasanya
Abdullah bin Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah mendo'akan (kejelekkan) kepada Shofwan bin Umayyah, Suhail bin
'Amru dan Harits bin Hisyam, lalu turunlah ayat: '(Tak ada sedikitpun
campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga firmanNya- Sesungguhnya
mereka itu orang-orang yang zalim) ' (Qs. Ali Imran: 128)
Adapun ayatnya secara lengkap adalah sebagai berikut :
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“ Tak ada sedikit pun campur
tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau
mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
dzalim. Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia
memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang
Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs Ali Imran : 128-129 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa tugas
para nabi dan rasul serta juru dakwah hanyalah menyampaikan ajaran
Allah, adapun hidayah ada di tangan Allah. Marilah kita perhatikan
ayat-ayat di bawah ini :
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
“ Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.’’ ( Qs Ar Ra’du : 40 )
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
‘’Bukanlah kewajibanmu menjadikan
mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk
(memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. “ ( Qs Al Baqarah : 272 )
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
‘’Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk..’’ ( Qs Al Qashash : 56 )
Kenapa Tangannya Yang Binasa ?
Dalam ayat ini kebinasaan dan kecelekaan
dinisbatkan kepada tangan Abu Lahab, tetapi maksudnya adalah orang yang
mempunyai tangan tersebut. Di dalam bahasa Indonesia, disebutkan juga
bahwa jika seseorang mengatakan : “ Fulan tidak nampak batang
hidungnya “ , maksudnya fulan tidak nampak dan tidak kelihatan. Batang
hidung mewakili seluruh anggota badannya.
Kenapa disebut tangan, bukan kaki, perut
atau kepala ? Disebutkan tangan untuk mewakili anggota badan yang lain,
karena tangan merupakan anggota badan yang paling banyak dipakai untuk
bekerja. Seseorang yang tidak punya dua tangan, sangat susah untuk
bekerja dan beraktifitas. Artinya yang membuat celaka Abu Lahab adalah
karena perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh tangannya untuk
memadamkan cahaya Islam.
Siapa Abu Lahab ?
Abu Lahab adalah satu-satunya musuh
Islam yang disebutkan namanya dalam Al Qur'an. Hal ini menunjukkan
berapa besar permusuhannya kepada Islam. Begitu juga istrinya walaupun
tidak disebutkan namanya. inilah potret keluarga yang paling celaka
dalam sejarah kehidupan manusia. suami istri saling bekerja sama bahu
membahu untuk menghancurkan Islam dan membungkam kebenaran.
Abu Lahab nama aslinya adalah Abdul Uzza
bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah saw, mempunyai kunyah : Abu Utbah.
Dinamakan Abu Lahab karena wajahnya tampan berseri-seri. Lahab artinya
api yang menyala-lal. sebagian hali tafsir mengatakan bahwa nama Abu
Lahab sesuai dengan kecenderungannya untuk memilih jalan yang menuju
nerakan yang mempunyai sifat "Dzata Lahab (yang menyala-nyala), sehingga
namanyua sesuai dengan perbuatan tempat kembalinya.
Ayat Kedua :
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”
Harta merupakan pondasi kehidupan, dengannya manusia bisa melangsungkan kehidupan di dunia ini. Allah berfirman :
وَلا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا
‘’Dan janganlah kamu serahkan kepada
orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik ’’.(Qs. an-Nisa : 5).
Dengan harta, seorang muslim mampu
melaksanakan perintah-perintah Allah, dia melaksankan sholat, membangun
masjid, menunaikan zakat, pergi haji, berkurban, bersedekah,
melaksanakan aqiqah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwanya.
Harta yang diinfakkan di jalan Allah,
digunakan untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, disumbangkan untuk
menegakkan dan menyebarkan ajaran Islam akan menjadi harta yang berkah
dan bermanfaat, sebagaimana dalam hadist Amru bin Ash, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda :
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْرَجُلِ الصَّالِحِ
“ Sebaik-baik harta yang baik berada di tangan orang yang sholih “ ( HR Ibnu Hibban )
Sebaliknya, jika harta itu digunakan
untuk menghalangi jalan Allah dan memadamkan cahaya Islam, maka harta
tersebut akan menjadi laknat baginya, dan nikmat yang diberikanAllah
tersebut akan berubah menjadia adzab di dunia dan di akherat. Inilah
yang menimpa Abu Lahab dan istrinya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari
Ibnu Mas’ud bahwa ketika Rasulullah mengajak kaumnya untuk beriman, Abu
Lahab berkata: “Jika apa yang dikatakan oleh anak saudaraku itu benar,
maka aku akan menebus diriku dari siksa hari kiamat kelak dengan harta
dan anakku. Maka Allah menurunkan :
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”
Dalam hadist Ibnu Mas’ud, disebutkan
bahwa Abu Lahab akan menebus dirinya dengan harta dan anak, sedangkan
dalam ayat hanya menyebut bahwa harta dan apa yang dia usahakan
tidak akan bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu usaha orang
tua adalah lahirnya anak. Jadi, anak adalah salah satu usaha bapaknya,
sebagaimana tersebut dalam hadist Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw
bersabda :
الْوَلَدُ مِنْ كَسْبِ الْوَالِدِ
“ Anak adalah hasil usaha bapaknya” ( HR Ibnu Majah dan Thabrani )
Dari hadist ini, para ulama
membolehkan seorang bapak mengambil harta anaknya jika dia
membutuhkannya, karena anak dan hartanya adalah milik bapaknya. Ini
dikuatkan dengan hadist :
أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ إِنَّ أَوْلاَدَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلاَدِكُمْ
“ Engkau dan hartamu milik orang tuamu, dan sesungguhnya
anak-anakmu termasuk usahamu yang paling baik, maka makanlah dari usaha
anak-anakmu “ ( HR Baihaqi ) Pada zaman dahulu, orang sering membanggakan harta dan anak yang dimilikinya, karena harta identik dengan kekayaan dan kekuasaan, sedang anak identik dengan kekuatan dan pengikut yang banyak. Coba kita lihat dan renungi ayat-ayat di bawah ini :
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالا وَأَعَزُّ نَفَرًا
‘’Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat’’( Qs al Kahfi :34 )
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
‘’Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.’’( Qs Al Isra’ : 6)
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
‘’ Maka aku katakan kepada mereka:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’’( Qs Nuh : 10- (12
أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
‘’Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: "Pasti aku akan diberi harta dan anak". Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? ,’’ ( Qs. Maryam : 77-78 )
المال وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” ( Qs al-Kahfi : 46)
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“ (Yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih.” ( Qs Asy Syu’ara’ : 88-89 )
Sebagian ahli tafsir
mengatakan bahwa Abu Lahab mati tujuh hari setelah terjadinya perang
Badar. Mati karena terkena bisul pada tubuhnya, sampai-sampai dua anak
laki-lakinya membiarkannya di rumah dalam keadaan mati tidak
dikuburkannya hingga mayatnya membusuk, padahal orang-orang Qurays
sangat takut terhadap penyakit bisul tersebut, sebagaimana masyarakat
takut kepada penyakit wabah Tha’un. Akhirnya merekalah yang menguburkan
Abu Lahab. Demikianlah bahwa harta dan anaknya tidak bermanfaat baginya
di dunia dan di akherat kelak. Na’udzubillah min dzalik.
Allah menyebutkan keadaan Abu Lahab pada
masa lalu, bahwa segala amalannya yang sudah dikerjakannya tidak akan
bermanfaat, maka pada ayat berikutnya Allah menyebutkan keadaan Abu
Lahab pada masa mendatang, bahwa dia akan masuk neraka dan tidak akan
beriman kepada nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wassalam.
Ayat Ketiga :
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
“ Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Api yang menyala-nyala, bergejolak, dan
mempunyai daya bakar yang sangat tinggi. Dalam ayat ini Allah
memberitahukan masalah ghoib yang belum terjadi dan akan terjadi, yaitu
bahwa Abu Lahab di masa mendatang tidak dia akan beriman kepada nabi
Muhammad shallahu ‘alaihi wassalam dan tempat akhirnya adalah
neraka. Dan kita harus beriman kepada taqdir Allah, yang baik dan yang
buruk. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk berdoa untuk
diselamatkan dari taqdir yang buruk. Sebagaimana dalam hadist Abu
Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
“ Dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam selalu meminta
perlindungan dari cobaan yang memberatkan, kesengsaraan yang
menghancurkan, takdir yang buruk dan cacian musuh.” ( HR Bukhari Muslim )
Ayat Keempat :
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
"Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar."
Istri Abu Lahab adalah Ummu Jamil ,
namanya adalah Arwa bin Harb bin Umayah, saudara Abu Sufyan bin Harb.
Berkata Ibnu al Arabi : “ Dia adalah wanita yang buta sebelah, Ummu
Qabih “
Dia termasuk pemuka kaum Quraisy, dia
membantu suaminya di dalam memusuhi Islam, oleh karena itu pada hari
kiamat dia membawa bara api menambah nyala api neraka yang sedang
membakar Abu Lahab di neraka kelak.
Wanita Pembawa Kayu Bakar
Ummu Jamil istri Abu Lahab disebutkan
oleh Allah sebagai pembawa kayu bakar, apa maksudnya ? Para ulama
berbeda pendapat dalam menafsirkannya :
Pertama : pembawa kayu
bakar maksudnya adalah tukang mengadu domba dan penyebar fitnah di
masyarakat. Perbuatan mengadu domba ini sangat berbahaya dan bisa
menghancurkan seseorang hanya dalam waktu satu jam yang tidak bisa
dihancurkan oleh tukang sihir dalam satu bulan.
Kedua : pembawa kayu
bakar maksudnya adalah membawa kayu bakar dan duri untuk disebarkan
pada malam hari di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh Rasulullah.
Dikatakan dia adalah wanita pembesar Qurasy, tetapi kenapa membawa kayu
bakar yang identik dengan orang miskin ? Iya, sebenarnya dia bisa
menyuruh orang lain untuk melaksanakan niat jahatnya tersebut, tetapi
karena bencinya kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alai wassalam, dia kepingin melaksankan kejahatannya dengan tangannya sendiri.
Ketiga : pembawa kayu bakar identik dengan kemiskinan, karena istri Abu Lahab ini selalu menjelek-jelekan nabi Muhammad shallallahu ‘alai wassalam dan
mengatakan bahwa dia adalah orang miskin, maka Allah membalas pelecehan
itu dengan hal serupa, maka disebutkan sebagai wanita pembawa kayu
bakar, yaitu wanita miskin.
Ayat ini menunjukkan betapa
seorang wanita, jika hatinya jahat, maka perbuatannya jauh-jauh lebih
bahaya dan lebih licik serta licin dibanding dengan perbuatan seorang
laki-laki. Bukankah hal ini juga terjadi pada istri pejabat Mesir yang
dengan kelicikannya disertai dengan hawa nafsu yang tidak terbendung
lagi, dia merayu nabi Yusuf, dan setelah ketahuan oleh suaminya, justru
dialah yang memutarbalikkan fakta dan menfitnah nabi Yusuf dengan fitnah
yang keji. Maka disebutkan di dalam al Qur’an :
فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
“Maka tatkala suami wanita itu
melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya
(kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, Sesungguhnya tipu daya
kamu adalah besar." (Qs. Yusuf : 28)
Di sisi lain, ketika menyebutkan makar syaitan, Allah menyatakan bahwa makar syaitan itu lemah :
فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (Qs. Annisa’ : 76)Pada ayat di atas Allah mengakui bahwa Ummu Jamil adalah istrinya Abu Lahab, padahal kedua-duanya kafir dan menentang Allah dan rasul-Nya, jika pada waktu kafir saja pernikahannya diakui oleh Allah, tentunya ketika masuk Islam, pernikahan keduanya tetap sah.
Ayat Kelima :
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
‘Yang di lehernya ada tali dari sabut’’
Said bin Musayyab mengatakan : ”Dia
memiliki kalung yang sangat mewah. Dan dia mengatakan :’Aku akan
dermakan kalung ini untuk memusuhi Muhammad’. Maka Allah akan menimpakan
kepadanya dengan meletakkan tali dilehernya yang terbuat dari sabut
neraka”
Ayat di atas menunjukkan bahwa : الجزاء من جنس العمل ( Balasan itu sesuai dengan perbuatan.)
Maksudnya jika seseorang berbuat sesuatu, maka Allah akan membalasnya
sesuai dengan sesuatu yang dia perbuat. Contohnya di sini kalung emasnya
digunakan untuk menghancurkan ajaran Islam, maka Allah membalas dengan
mengikat di lehernya sabut neraka. Begitu juga sebaliknya, jika kalung
tersebut diinfakkan di jalan Allah untuk membantu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah di dunia ini dan akherat kelak akan membantunya pada
saat-saat ia mendapatkan kesulitan. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang meringankan
(menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi,
maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat
kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami
kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan
(urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib)
seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di
dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang
hamba selalu ia menolong saudaranya." (HR. Tirmidzi)
Mudah-mudahan Allah selalu membimbing
kita agar tetap istiqamah di jalan kebenaran dan menutup akhir hayat
kita dengan husnul khatimah, Amin.
Cipayung, Jakarta Timur 19 Muharram 1433 / 15 Desember 2011sumber : ahmadzain.com
0 komentar:
Posting Komentar