وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya. “
( Qs Al -Baqarah : 42 )
Beberapa pelajaran dari ayat di atas :
Pelajaran Pertama :
وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِل
“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan,
Imam Qatadah dan Mujahid mengartikan ayat ini : “ Janganlah kamu campur adukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam. “ ( [1] )
Penafsiran Imam Qatadah dan
Mujahid di atas ternyata terbukti pada saat ini. Sebagian kalangan yang
mengaku Islam, telah benar-benar ingin mencampur adukkan antara Agama
Yahudi dan Nasrani dengan Agama Islam. Bahkan lebih dari itu, ingin
mencampuradukkan antara agama Islam dengan berbagai aliran kepercayaan.
Diantara usaha-usaha untuk mempercampur adukkan antara Islam dengan tiga
agama dan berbagai aliran kepercayaan adalah sebagai berikut :
1. Konsep “ NASAKOM “ (
Nasionalis, Agama dan Komunis ) yang dicetuskan oleh Bung Karno,
bertujuan untuk menyatukan berbagai haluan politik di Indonesia, salah
satunya dengan cara mencampuradukkan Islam dengan paham komunis.
2. Pernyataan sebagian orang
yang menyamakan antara Pancasila dengan Islam, dengan merujuk pada sila
pertama yang berbunyi : “ Ketuhanan Yang Maha Esa . “ Sila pertama ini,
menurut mereka sesui dengan ajaran tauhid dalam Islam yang menyatakan
bahwa Allah Maha Esa. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam Pancasila mencakup agama Kristen, Hindu dan Budha,
yang mempunyai Tuhan lebih dari satu. Artinya dengan sila ini Pancasila
ingin menyatukan antara Islam dengan berbagai agama lainnya. Ingin
mencampuradukkan antara kebenaran Islam yang berisikan tauhid dengan
kebatilan agama lain yang berisikan kesyirikan.
3.Pernyataan salah satu tokoh
agama Indonesia yang ingin membangun masjid , gereja, vihara, pura dalam
satu bangunan. Dia mengatakan dalam salah satu forum yang dihadiri oleh
para mahasiswa Al Azhar : ” Kalau saya menjadi mentri agama, akan saya
bangun masjid, gereja dan vihara dalam satu bangunan, tingkat pertama
untuk masjid, karena paling sering dikunjungi, kemudian tingkat kedua
untuk gereja, karena dipakai setiap minggu dan tingkat ketiga vihara
karena paling jarang dikunjungi. ( [2] ) Mudah-mudahan Allah menggagalkan rencana busuk ini.
4. Wacana pluralisme agama
yang memandang bahwa semua agama adalah sama, perbedaan agama satu
dengan yang lain hanyalah pada tataran lahir saja, sementara esensi
semua agama hanya satu, sama yakni penghambaan kepada Tuhan.
Paham pluralisme ini mempunyai dua model :
Model pertama : yang bernuansa spiritualisme sufistik yang kemudian dalam dunia tasawuf dikenal dengan konsep wahdat al-adyan ( kesatuan agama-agama ). Karena Tuhan itu satu maka esensi agama adalah satu. Manusia yang telah mencapai maqam haqiqat,
maka ia akan melampaui segala agama. Ia tidak perlu terikat
aturan-aturan syariat. Di kalangan pemikiran Barat Orientalis paham ini
diusung oleh W.C. Smith, yang muaranya akan membawa pemeluk agama untuk
tidak terlalu terikat pada pendekatan legal-formal dari suatu agama.
Model kedua : yang lebih diwarnai oleh perubahan sosial sebagai akibat dari globalisasi dan globalisme, muncullah konsep world theology
atau global theology. Konsep yang diusung oleh John Hick ini memandang
dengan adanya arus globalisasi dan paham globalisme tidak ada lagi
sekat-sekat budaya, ideology, termasuk agama. Semuanya harus berkumpul
dalam rumah pluralisme. Budaya, ideologi dan agama tidak boleh mengikat
manusia secara eksklusif. Demi kebersamaan dan keterbukaan diperlukan
kebersediaan untuk melepaskan ikatan primordial budaya, ideologi,
termasuk di dalam agama. ( [3] )
5.Menyebarnya paham ” Wihdat Al Wujud :” atau ” Al Ittihad wa al Hulul ” yang
dibawa oleh seorang sufi zindiq yaitu Al Halaj ( Yusuf bin Mansur Al
Farisi ) yang dibunuh karena murtad pada tahun 309 H, dan diikuti oleh
Ibnu Arabi ( Muhammad bin Ali Al Thoi’ , w = 638 H ) dalam buku ” Al
Fushus “ , Ibnu Sab’in ( w = 669 H ), Al Tilmasani ( w= 690 H) , Ibnu
Hud ( w = 699 H)
6. Munculnya gerakan ” Freemansony “( [4] )
, sebuah gerakan Yahudi yang bertujuan untuk menguasai dunia, dan
menyebarkan atheis dan kerusakan dimuka bumi. Salah satu program dari
gerakan ini adalah menyatukan agama-agama besar, terutama Islam, Kristen
dan Yahudi. Ironisnya sebagian tokoh Islam terjerat dalam organisasi
seperti ini, diantaranya adalah Jamaluddin Al Afgani beserta muridnya
Muhammad Abduh. ( [5] )
Salah satu bentuk
keikutsertaan Muhammad Abduh, adalah ketika ia dan Mirza Al Baqir Al
Irani, yang telah pindah agama dari Islam ke Kristen, kemudian balik
lagi ke Islam, beserta utusan dari Jamaluddin Al Afghani serta sebagian
cendikiawan telah membentuk ” Jam’iyat Al Ta’lif wa Al Taqrib ” yang
berpusat di Beirut dengan tujuan menyatukan antara agama Islam, Kristen
dan Yahudi. Jami’yah ini beranggotakan orang-orang Iran, Inggris, Yahudi
dan lain-lainnya. ( [6] ) Salah
satu bukti keterlibatan Muhammad Abduh dalam gerakan Freemansori adanya
dokumentasi surat menyurat kerjasama antara Muhammad Abduh dengan
beberapa Pendeta. ( [7] )
7. Munculnya agama baru yang
disebut agama ” Ibrahimiyah ” yang dinisbatkan secara dusta kepada Nabi
Ibrahim as. Agama ” Ibrahimiyah ” ini menurut penganutnya adalah agama
yang mencakup ajaran Yahudi, Kristen dan Islam. Pada tanggal 12-15
Pebruari 1987 M, diadakan ” Konferensi Agama Ibrahimiyah ” di Qordova,
yang dihadiri oleh tokoh-tokoh dari kalangan Yahudi, Kristen dan
sebagian tokoh Islam khususnya para anggota aliran Qadhian dan
Ismailiyah. Agama Ibrahimiyah ini diusung oleh sejumlah tokoh Islam
diantaranya adalah Roger Garudy([8]),
seorang Filosof Besar dari Perancis. Salah satu bentuk dukungannya
terhadap agama Ibrahimiyah ini, dia mendirikan ” Pusat Kebudayaan Islam ,
di Qordava, yang didasarkan pada penyatuan tiga agama, Yahudi, Kristen
dan Islam([9]).
Maka, pada hari pembukaan Pusat Kebudayaan Islam ini dihadiri oleh
tokoh-tokoh dari ketiga agama tersebut. Diantara pengusung agama ”
Ibrahimiyah ” dari Indonesia adalah adalah Nur Kholis Majid.
Untuk mendukung penyebaran
agama Ibrahimiyah ini, diadakanlah seminar-seminar, baik di
negara-negara Barat, seperti yang diadakan di New York, dan Portugal,
maupun yang diadakan di negara-negara Islam, seperti Muktamar Syarem
Syekh di Mesir, pada bulan Syawal 1416 H, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh
Yahudi, Kristen dan Islam, serta Komunis. Begitu juga diadakan ”
Konferensi Islam dan Dialaoq Peradaban lintas Agama ” yang diadakan di
Kairo, pada bulan Rabiul Awal 1417 H. ( [10] )
8. Usaha untuk mencetak Al Qur’an, Injil dan Taurat dalam satu jilid.
9. Terbitnya buku “ Fiqh
Lintas Agama “ yang dikarang oleh beberapa tokoh liberal Indonesia, yang
intinya ingin menggabungkan fiqh antara tiga agama : Yahudi, Kristen
dan Islam. Alhamdulillah buku ini telah dibantah oleh para penulis
muslim di Indonesia.
Pelajaran Kedua :
Salah satu bentuk pencampur
adukan antara kebenaran dan kebatilan adalah munculnya istilah
Kesetaraan Gender yang bertujuan menyetarakan antara laki –laki dengan
perempuan dalam segala hal dengan dalih bahwa Islam menghormati dan
mengangkat derajat wanita. Diantara isu- isu yang dimunculkan dengan
istilah kesetaraan gender adalah :
- Penyamaan hak waris laki-laki dan perempuan.
- Penentangan dengan konsep poligami dalam Islam
- Penentangan terhadap konsep kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga.
- Membolehkan wanita sebagai pemimpin negara
- Membolehkan wanita menjadi imam bagi laki-laki dalam sholat. ( [11] )
Dikatakan mencampuradukkan
kebenaran dengan kebatilan, karena Islam mengangkat derajat wanita itu
adalah kebenaran, sedang isu-isu yang diusungnya bertentangan dengan
ajaran Islam.
Pelajaran Ketiga :
Pada ayat sebelumnya, Allah
melarang Bani Israel untuk berbuat sesat, dan pada ayat ini Allah
melarang mereka untuk menyesatkan orang lain. ( [12] )
Berbuat sesat yaitu dengan
menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang rendah. Sedang perbuatan yang
menyesatkan adalah dengan mencampuradukkan antara yang haq dengan yang
batil.
Di sini Allah menjelaskan
bahwa : dasar pijakan dari segala bentuk penyesatan adalah dengan
memutarbalikkan kebenaran serta mencampuradukkan antara kebenaran dengan
kebatilan.
Diantara bentuk-bentuk mncampuradukkan kebenaran dengan kebatilan yang disebutkan oleh Ibnu Asyur adalah :
- Orang-orang yang
murtad dan tidak mau memberikan zakat kepada khalifah Abu Bakar Siddiq
setelah wafatnya Rosulullah saw, mereka mengatakan bahwa zakat ini untuk
Rosulullah saw saja, setelah beliau wafat, maka tidak ada hak bagi
khalifah sesudahnya untuk mengambil zakat.
- Kelompok syi’ah yang
benci dengan Ustman ra mereka mengatakan bahwa cincin Rosulullah saw
yang jatuh dari tangan Ustman menandakan habis masa jabatannya sebagai
khalifah.
- Orang-orang Khowarij yang selalu mengusung kalimat ” La hukma Illa Lillah
” ( Tiada Hukum kecuali milik Allah ) untuk melawan khalifah Ali ra.
Maka Ali ra berkata bahwa syiar yang diusung oleh Khowarij tersebut
salah satu bentuk ” kalimat hak untuk tujuan batil ” .
- Orang-orang sufi yang menyatakan bahwa dalam Al Qur’an terdapat makna dhohir dan batin. ( [13] )
Pelajaran Keempat :
Di sana ada penafsiran lain
tentang ayat ini, diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maksudnya adalah : ”
Janganlah kamu mencampur adukkan apa yang kamu miliki ( akalmu )
dengan kebenaran yang ada dalam Al Qur’an, yaitu dengan cara merubah dan
menyelewengkan isinya . “ ( [14] )
Ini sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh orang Yahudi dan Nasrani yang merubah serta
menyelewengkan isi Taurat dan Injil demi mencari kesenangan dunia yang
sedikit sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat sebelumnya. Hal ini
juga telah disinggung oleh Al Alusy dalam tafsirnya ketika menerangkan
ayat di atas bahwa Allah melarang Bani Israel untuk mencampuradukkan
kebenaran yang terdapat dalam Taurat dan Injil dengan kebatilan yang
mereka buat sehingga mereka merubah-rubah isi Taurat dan Injil menurut
hawa nafsu mereka. ( [15] )
Berkata Abu Al -Aliyah :
Maksud dari ( mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan ) adalah
perkataan Yahudi : “ Muhammad memang utusan Allah , akan tetapi bukan
untuk kita . “ ( [16] )
Pelajaran Kelima :
وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ
” dan kamu sembunyikan yang benar ”
Yang dimaksud menyembunyikan kebenaran di sini adalah : orang-orang Yahudi yang menyembunyikan kebenaran nabi Muhammad saw. ( [17] )
Pelajaran Keenam :
Dari ayat di atas, bisa
disimpulkan bahwa di dalam dunia ini hanya ada dua ; Kebenaran dan
Kebatilan, dan tidak ada yang lain. Jika ada yang mengatakan bahwa di
sana ada istilah mubah yang terletak antara wajib dan haram ? Maka
jawabannya adalah bahwa mubah harus dilihat dari dampaknya, apakah akan
menguatkan kebenaran ( wajib ) atau kebatilan ( haram) , jika
menguatkan kebenaran maka kita termasuk darinya dan begitu pula
sebaliknya. ( [18] )
Pelajaran Ketujuh :
َ وَأَنتُمْ تَعْلَمُون
“padahal kamu mengetahuinya. “
Ayat di atas mempunyai dua arti :
Pertama : Padahal kamu mengetahui kebenaran yang kamu sembunyikan
Kedua : Padahal kamu
mengetahui bahwa perbuatan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan
itu akan menjerumuskan orang-orang kepada kesesatan. ( [19] )
Wallahu A’lam
Kairo 8 Juli 2007
( [1] ) Al Qurtubi , Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an , Juz 1, hlm : 233 , Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, juz I, hlm 133
( [2] )
Pernyataan ini disampaikan pada suatu acara menyambut tamu dari
Indonesia di gedung Sholeh Kamil , Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.
( [3] ) Syamsul Hidayat, Muhammadiyah dan Tantangan Ghozwul Fikri,
( Suplement Makalah ) , hlm 7-8 . Beberapa ulama telah membantah konsep
penyatuan agama-agama ini, diantaranya adalah Syekh Bakr bin Abdullah
Abu Zaid dalam bukunya : ” Al Ibthal li nadhoriyat Al Kholth baina din Al Islam wa ghoirihi mi al Adyan. ( Egypt, Maktabah Shohabah , 2005), Prof, DR. Sa’duddin As Sayid As Sholeh, Al Masuniyah fi Astwabiha Al Mu’ashirah , ( Jeddah : Maktabah As Shohabah, 1993 ), DR. Musthofa Hilmi, Islam ” Garudy ” baina Al Haqiqah wa Al Iftira’ ” ( Kairo, Dar al- Dakwah, 1996) Cet I, Dr. ‘Ala Bakr, Madzahib Fikriyah fi Al Mizan,
( Kairo, Dar al Aqidah, 2002) , begitu juga para ulama yang terkumpul
dalam Lembaga Riset dan Fatwa Arab Saudi, dan lain-lainnya yang tidak
bisa disebut satu-satu disini.
( [4] )
Freemansony berarti : para pembangun yang bebas dan jujur. Nama ini
tidak sesuai dengan hakikat gerakan Freemasony sendiri yang sarat dengan
penipuan dan kebohongan dengan tujuan merusak akhlak dan keyakinan
penduduk dunia. Sebenarnya gerakan ini dinamakan dengan Freemasony baru
pada akhir abad ke 17 , dan nama sesungguhnya dari gerakan ini adalah ”
Kekuatan Yang Tersembunyi ” , . Para ahli sejarahpun masih berselisih
pendapat tentang mulai munculnya gerakan ini, Sebagian dari mereka
mengatakan bahwa gerakan ini muncul sejak dibangunnya ” Kuil Sulaiman “
pertama kali , sebagian dari mereka mengatakan gerakan ini muncul
ketika orang-orang Yahudi yang kalah perang dengan raja Biktun Nasr
kemudian digiring ke Babylonia untuk ditawan, sebagian mereka mengatakan
muncul 43 tahun setelah lahirnya nabi Isa as, dengan tujuan menjegal
lajunya gerakan dakwah pengikut nabi Isa as. ( Prof, DR. Sa’duddin As
Sayid As Sholeh, Op. Cit,, hlm : 17 , Muhammad Ahmad Hudhar, Sya’bullah al Muhktar, 2004, hlm ; 63 )
( [5] ) Syekh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Op. Cit, hlm : 20-21, Prof, DR. Sa’duddin As Sayid As Sholeh, Op.Cit, hlm : 9 , Muwafiq Bani Marjah, Al Sohwah Al Rajul Al Maridh, hlm : 345 , Dr. ‘Ala’ Bakr, Op. Cit, hlm : 193-194
( [8] )
Roger Garudy telah menyatakan keislaman-nya pada tahun 1982 M, banyak
dari umat Islam yang menyambut gembira keislaman tokoh sekaliber Roger
Garudy. Mereka mengharap dengan islamnya Roger Garudy, umat Islam akan
banyak terbantu, khususnya dengan buku-bukunya yang menguak kejahatan
Israel. Akan tetapi sebagian ulama menyatakan bahwa Roger Garudy tidak
sungguh-sungguh memilih Islam sebagai agamanya, bahkan Islam hanya
dijadikan kedok untuk menyebarkan paham pluralisme dan penyatuan
agama-agama yang masih dipegangnya walaupun sudah masuk Islam. Diantara
pemahamannya yang menjadikannya tetap dihukumi kafir oleh sebagian ulama
selain paham penyatuan agama, adalah pernyataannya bahwa sholat yang
wajib hanya tiga waktu saja. Diantara ulama yang membongkar pemahaman
sesat Roger Garudy adalah Syekh Al Azhar pada waktu itu, Syekh Jad Al
Haq sebelum beliau wafat. Begitu juga Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh
Bakr bin Abdullah Abu Zaid, dan DR. Musthofa Hilmi, walaupun yang
terakhir ini yaitu Dr, Musthofa Hilmi dalam posisi mendukung Roger
Garudy, akan tetapi dalam satu waktu beliau juga membantah keyakinannya
tentang agama Ibrahimiyah, dan pelecehannya terhadap Salafiyah.
( [9] ) Syekh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Op Cit, hlm : 28, DR. Musthofa Hilmi, Op. Cit, hlm 45 . Bisa dirujuk juga Sa’ad Dholam, La li Garudy wa watsiqat Sivilia .
( [11] ) Point-pont di atas telah dibahas secara lebih lengkap oleh penulis dalam makalah “ Kesetaraan Gender menurut Pandangan Al Qur’an “,
yang merujuk kepada penafsiran ayat-ayat yang terdapat dalam surat An
Nisa. Dan akan dikembangkan lagi dalam tafsir surat An Nisa’ insya
Allah.
sumber : ahmadzain.com
0 komentar:
Posting Komentar