arrisalah13.blogspot.com - Jakarta – Tersebarnya ajaran Syiah yang telah difatwakan menyimpang oleh Majelis Ulama Indonesia pusat (MUI) tak lepas dari lembaga-lembaga dan yayasan-yayasan yang tersebar di Indonesia. Di samping itu, media cetak dan elektronik juga menjadi ajang penyebaran sekte yang didukung negera Iran tersebut.
Meskipun doktrin Taqiyah yang menjadi salah satu keyakinan pokok Syiah menyulitkan mengidentifikasi keberadaannya, namun menurut penelitian MUI, kaum Syiah aktif menggelar kajian dan menyebarkan ajaran menyimpang mereka kepada masyarakat Indonesia.
Dari buku panduan ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’ pada Nopember 2013 ini, MUI menyebutkan bahwa ajaran Syiah telah menyebar hamper di pulau-pulau besar di seluruh Indonesia. Akan tetapi, kata MUI, secara umum pusat kegiatan ajaran Syiah berada di pulau Jawa.
Dari kajian dan penelitian yang dilakukan MUI terdapat lima poros kegiatan Syiah di palau Jawa. Berikut lima poros kegiatan yang disebutkan MUI dalam buku yang kehadirannya disambut baik oleh dewan pimpinan Majelis Ulama Indonesia tersebut:
Pertama: Poros Jakarta di Islamic Cultural Center (ICC). Lembaga yang awalnya bernama Islamic Center Jakarta ini beralamatkan JL. Buncir Raya KV. 35, Pejaten Barat, Jaksel. Diyakini, lembaga dengan alamat wesite www.icc-jakarta.com itu sebagai pusat kendali operasi kegiatan Syiah di Jabodetabek, bahkan di Indonesia.
Lembaga yang digagas oleh tokoh-tokoh Syian Nasional, seperti Jalaludin Rahmat, Haidar Bagir dan Umar Shabat tersebut sering menggelar berbagai kegiatan Syiah. Di antara kegiatan yang sering digelar lembaga yang secara struktur dipimpin Mohsen Hakimollahi itu, seperti perayaan Asyura 10 Muharram, Arbain Imam Hussain dan peringatan Revolusi Iran.
Adapun di antara ustadz yang tercatat sebagai dai ICC, sebagaimana disebutkan MUI, adalah Umar Shahab, Husein Shahab, Muhsin Labib, Abdullah Beik, Mahdi Alaydrus, Musa Kadzim, Ahmad Helmi dan Salman Parisi. ICC juga memiliki tim khusus untuk menangani penyebaran ajaran mereka melalui media online.
Kedua: Poros Pekalongan-Semarang. Di kota batik, pusat penyebaran ajara Syiah berada di ponpes Al-Hadi pekalongan yang beralamat di Jl. Agus Salim, Gang 5, no.4, rt 1/3, kelurahan Klego, Pekalongan, Jawa Tengah. Meskipun pesantren tersebut telah dirikan sejak 1988, akan tetapi sebagian masyarakat tidak mengetahui keberadaan ponpes dipimpin oleh Ahmad Baraqbah dan Thoha Musawa itu. Tidak ada plang yang menunjukkan ponpes Al Hadi.
Sementara itu di ibukota provinsi Jawa Tengah, penyebaran ajaran Syiah berpusat di mushalla Al Husainiyah, Nurul Tsaqalain yang terletak di Jl. Boom Lama, no. 2, Semarang Utara. Bahkan, para pengikut Syiah di Semarang secara terang-terangan melaksankan ritual shalat Jum’at ala Syiah di mushallah yang dikelola yayasan Nurut Tsaqalain pimpinan Achmad Alatas tersebut.
Ketiga: Poros Yogyakarta. Di kota pelajar tersebut, kegiatan ajaran Syiah difasilitasi oleh Yayasan Rausyan Fikr. Menurut MUI, yayasan Rausyan Fikr sangat aktif menggelar kegiatan-kegiatan yang bertujuan menyebarkan faham Syiah. Di jogja juga terdapat organisasi Al Amin yang dimotori oleh para pemuda Alawiyin (Syiah). Akan tetapi, organisasi yang dibentuk dari ajang silaturrahmi antar perkumpulan Sayyid dan Syarifah itu enggan mengakui dirinya Syiah.
Keempat: Poros Bangil dan Pasuruan. Bisa dikatakan, Bangil adalah poros utama tersebarnya faham Syiah di Indonesia. Pasalnya, hampir semua tokoh muda Syiah di Indonesia yang berusia 40-50 tahun pernah mengenyam pendidikan di ponpes YAPI (yayasan Pendidikan Islam) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur tersebut.
YAPI Bangil didirikan oleh Husein bin Abu Bakar Al Habsyi pada 21 Juni 1976. Tak hanya pesantren, yayasan yang pernah disinggahi ustad Mudzakir Solo itu juga menggelar pendidikan terpadu dari mulai taman kanak-kanak hinga jenjang perguruan Tinggi, Sarjana.
Di Pasuruan, poros kegiatan ajaran Syiah berada di bawah naungan yayasan Al Itrah. Yayasan yang pertama kali didirikan oleh Ali Umar Al Habsyi dan Sayyid Abdullah Al Haddad itu berdiri sejak 1996 silam. Meskipun kegiatannya sempat mati Suri selama beberapa tahun, namun pada 2006 yayasan tersebut kembali aktif dan membentuk pengurusan baru di bawah pimpinan Ali Ridho Assegaf.
Kelima: Poros Bandung. Motor penggerak utama Syiah di kota Kembang adalah Jalaludin Rakhmat, melalui organisasi Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). Dari semua organisasi dan lembaga Syiah di Indonesia, IJABI merupakan organisasi yang sayapnya sudah menyebar ke seluruh Indonesia, sampai tingakat kecamatan.
Selain Ijabi, di Bandung juga terdapat yayasan dan lembaga Syiah lainnya yang cukup aktif, seperti Al Jawwad dan Yayasan Sepuluh Muharram (YPM). Sementara di pendidikan, Syiah Bandung memiliki yayasan Muthahhari yang mengelola pendidikan unggulan di Bandung. Selain menawarkan pendidikan gratis untuk warga miskin, yayasan Muthahhari juga menyelenggarakan pendidikan yang dikelola secara komersial dengan biaya yang cukup mahal.
sumber : kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar