arrisalah13.blogspot.com - Washington – Kelompok militan Suriah terkait dengan al-Qaeda, Front al-Nusra ingin menyerang Amerika Serikat dan melatih kader mereka dari pejuang Eropa, Timur Tengah dan bahkan Amerika Serikat, pejabat intelijen AS mengatakan kepada Kongres pada hari Rabu (29/1).
Direktur Intelijen Nasional James Clapper mengatakan kepada Komite Intelijen Senat bahwa kelompok al-Qaeda di Suriah sudah mulai membuka kamp-kamp pelatihan untuk melatih pejuang yang akan kembali ke negara mereka ” – salah satu ancaman terbaru yang muncul dalam satu tahun terakhir bagi keamanan AS.
Dia mengatakan “Front al-Nusra, merupakan salah satu nama yang memiliki aspirasi menyerang tanah air.” Namun, Clapper tidak menjelaskan atau menunjukkan bukti keinginan al-Nusra untuk menyerang AS seperti dilansir Associated Press.
Clapper menggambarkan Front Al-Nusrah, salah satu kelompok terbaru yang bergabung dengan jaringan al-Qaeda yang beragam dan tersebar luas, bersama dengan afiliasi kelompok lainnya bertekad melakukan serangan di AS.
Ia menuturkan, kelompok-kelompok yang lebih mapan seperti al-Qaeda Yaman di Semenanjung Arab masih lebih mampu melakukan serangan terhadap AS, tapi menurutnya terjadi pertumbuhan tajam jumlah jihadis di Suriah yang mengkhawatirkan.
Clapper mengatakan dari 75.000 sampai 110.000 pejuang yang diperkirakan tengah memerangi pemerintah Bashar Assad di Suriah, sekitar 26.000 adalah ekstrimis (baca: Jihadis) , dan sekitar 7.000 pejuang adalah orang asing dari sekitar 50 negara, termasuk Eropa .
“Bukan hanya petempur yang masuk ke Suriah, tapi juga teknologi dan teknik yang menimbulkan masalah tertentu untuk pertahanan kita,” kata ketua komite Dianne Feinstein.
Dia memperingatkan, Suriah bisa menjadi “titik peluncuran atau stasiun perjalanan bagi teroris (baca: jihadis) yang ingin menyerang Amerika Serikat atau negara-negara lain,” ungkapnya, saat memaparkan pada sidang tahunan mendengar penilaian komite intelijen AS tentang ancaman di seluruh dunia pada Rabu.
Para pejabat intelijen AS dalam kondisi anonim mengatakan, beberapa pejuang asing asal Amerika dan ratusan militan Eropa sudah kembali ke negara asal mereka.
Para pejuang jihadis umumnya banyak bergabung kepada dua kelompok besar di Suriah, Daulah Islam Irak dan Syam dan Jabhah al-Nusra yang keduanya berafilisi kepada al-Qaeda.
Departemen Luar Negeri tidak memiliki data jumlah warga Amerika yang telah pergi berperang di Suriah, tapi konsultan pertahanan Inggris IHS Jane mengatakan ada sekitar beberapa lusin di Suriah. Diperkirakan 1.200 sampai 1.700 orang Eropa berada di antara pasukan pemberontak di Suriah, menurut perkiraan pemerintah.
Analis AS khawatir akan banyaknya militan yang lelah dari pertempuran melawan Assad, dan mereka akan membawa keahlian yang diperoleh dari Suriah untuk kembali ke Eropa atau Amerika Serikat. Di mana hanya sebuah bom kecil di pusat perbelanjaan bisa menjadi berita utama yang jauh lebih besar daripada laporan rutin serangan bom mobil di kota-kota Suriah.
Ancaman berkelanjutan terhadap kepentingan AS dari al-Qaada menunjukkan ketangguhan kelompok tersebut, meskipun dianggap sempat melemah setelah terbunuhnya syaikh Usamah bin Laden di Pakistan.
“Mereka mampu masuk ke sekolah kita, bagaimana kita mencoba melacak mereka,”katanya. “Jadi kombinasi penyebaran geografis dan meningkatnya tantangan dalam mengumpulkan melawan mereka, membuat Al Qaida dalam segala bentuknya menjadi ancaman yang sangat tangguh”.
Namun, analis intelijen AS mengatakan pemimpin al-Qaeda Syaikh Ayman Al – Zawahri dan komandan militernya terlalu disibukkan oleh ancaman serangan pesawat tak berawak AS dibandingkan merencanakan semacam serangan 9/11.
Sehingga, lanjutnya, Zawahiri memberdayakan berbagai “simpul” organisasinya untuk memilih target mereka sendiri, meskipun ia mendorong pengikutnya untuk fokus memerangi AS sang “musuh jauh” ketika mereka mampu.
Para pejabat intelijen AS mengatakan Zawahiri sejauh ini belum meminta cabang-cabang al-Qaeda di Suriah untuk menyerang kepentingan-kepentingan AS, yang memungkinkan mereka untuk fokus pada perang melawan Assad.
sumber : kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar