Jumat, 23 Mei 2014

Syaikh Athiyatullah, Ulama’ dan Pemimpin Tandzim Al-Qaeda Khurasan (2)


By on 21.20


Syaikh Athiyatullah, Ulama’ dan Pemimpin Tandzim Al-Qaeda Khurasan (2)
arrisalah13.blogspot.com 
Syaikh Athiyatullah, Ulama’ dan Pemimpin Tandzim Al-Qaeda Khurasan
Dalam pembahasan kedua ini, kita akan lebih memfokuskan untuk membahas sepak terjang dan pengalaman beliau saat berjihad serta keputusan-keputusan beliau yang cukup cemerlang saat memimpin jihad di Khurasan.
Syaikh Athiyatullah rahimahullah adalah seorang pakar dan ahli dalam memanajemen urusan-urusan dan tugas-tugas jihad yang diembankan kepada beliau dalam medan (Afghanistan dan Pakistan) ini. Beliau juga menjadi supervise atas persoalan-persoalan khusus di medan-medan jihad lainnya. Saudara-saudara kita di medan-medan jihad lainnya barangkali mengetahui lebih banyak tentang hal ini.

Demikian pula Allah Ta’ala mengaruniakan firasat kepada beliau, suatu hal yang membuat orang sangat kagum kepada ketajaman firasat beliau. Sejarah panjang jihad beliau dan dilakukan di beberapa medan jihad memberikan beliau pengalaman yang besar dan banyak dalam mengatur urusan-urusan jihad.
Apalagi syaikh Athiyatullah Al-Libi adalah seorang penuntut ilmu syar’i. Di antara ulama tempat beliau menimba ilmu adalah syaikh Abdullah Al-Faqih semoga Allah menjaganya. Beliau juga menuntut ilmu syar’i di Mauritania kepada sejumlah syaikh dan ulama di sana.
Syaikh Athiyatullah Al-Libi dilahirkan di kota Misrate, Libya pada tahun 1969 M. Syaikh berangkat ke Afghanistan untuk berjihad pada akhir tahun 1988 M. Di Afghanistan, syaikh bergabung dengan tanzhim (organisasi) Al-Qa’eda pimpinan syaikh Usamah bin Ladin semoga Allah merahmatinya, di kamp militer Jaji.
Syaikh Athiyatullah Al-Libi bergabung dengan tanzhim Al-Qaeda sejak awal didirikan. Beliau telah turut serta dalam beberapa pertempuran terbesar di Afghanistan, seperti penaklukan kota Khost. Beliau memiliki spesialisasi pada penggunaan meriam dan menembakkan mortir. Beliau telah menceritakan kepada saya bahwa beliau telah sering menembakkan mortir dalam banyak operasi jihad, salah satunya dalam pertempuran menaklukkan kota Khost. Selain itu, beliau juga memiliki spesialisasi di bidang bahan-bahan peledak.
Ketika Afghanistan berhasil dibebaskan dari komunis Uni Soviet dan terjadi konflik di antara faksi-faksi mujahidin Afghan, syaikh Athiyatullah rahimahullah berangkat ke Sudan untuk bergabung dengan para pemimpin tanzhim Al-Qaeda yang telah berada di sana, termasuk syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah sendiri.
Pada tahun 1995 M dan atas arahan syaikh Usamah bin Ladin, syaikh Athiyatullah Al-Libi berangkat ke Aljazair untuk turut serta memimpin jihad di Aljazair. Namun karena orang-orang yang gampang mengkafirkan (takfiriyyun) seperti Antar Az-Zawabiri, Jamal Az-Zaituni dan lain-lain menguasai medan jihad di sana, maka syaikh Athiyatullah Al-Libi keluar dari Aljazair dengan terpaksa —sebagaimana beliau ceritakan kepada saya— setelah beliau mengalami upaya pembunuhan oleh kelompok takfiriyah tersebut.
syaikh usamah bin laden
Syaikh Usamah bin Ladin (rahimahullah)
Beliau dan dua orang ulama mujahidin yang bersama beliau akan dibunuh karena mereka mengingkari sebagian tindakan kelompok takfiriyah (Jama’ah Islamiyyah Musallahah) tersebut. Maka mereka membuat makar dengan menempatkan syaikh Athiyatullah Al-Libi di sebuah tempat, lalu mereka mengatakan: “Jamal Az-Zaituni akan datang untuk menemuimu di sini.”
Namun syaikh dengan kecerdasan dan ketajaman firasatnya mencium bau persekongkolan busuk. Maka beliau pun melarikan diri dan menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk keluar dari Aljazair. Beliau dikaruniai berkah sehingga akhirnya bisa tiba di Afghanistan untuk kedua kalinya.
Setelah serangan 11 September yang penuh berkah dan menyingkirnya mujahidin Imarah Islam Afghanistan ke negara-negara tetangga Afghanistan, beliau tetap berjihad sampai beliau dan saudara-saudaranya mujahidin berhasil kembali lagi ke wilayah-wilayah aman di Afghanistan.
Ketika berhala modern, Amerika, melakukan invasi militer yang curang ke Irak pada 2003 M, syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah menugaskan syaikh Athiyatullah Al-Libi untuk berangkat ke Irak dan memimpin jihad di sana, mendampingi singa Irak, syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi. Syaikh Usamah memberikan perintah ini pada tahun 2006 M. Tapi Allah Ta’ala tidak memudahkan syaikh Athiyatullah untuk masuk ke Irak untuk sebuah hikmah yang telah diketahui oleh Allah Ta’ala.
Syaikh Athiyatullah kembali ke Afghanistan untuk memerankan peranan yang sangat penting dan besar dalam memimpin tanzhim Al-Qaeda selama lima tahun terakhir (2006-2011 M). Beliau menjadi wakil dari pemimpin umum tanzhim Al-Qaeda (wilayah Khurasan: Afghanistan dan Pakistan) syaikh Musthafa Abul Yazid rahimahullah.
Beliau tetap memegang jabatan tersebut sampai akhirnya menjadi pemimpin umum tanzhim Al-Qaeda wilayah Khurasan, kemudian menjadi orang kedua tanzhim Al-Qaeda pusat (orang pertama adalah syaikh Aiman Azh-Zhawahiri, pent) setelah gugurnya dua syaikh yang mulia; syaikh Usamah bin Ladin dan Musthafa Abul Yazid rahimahumallah.
Syaikh Athiyatullah Al-Libi memiliki kebijaksanaan, pengalaman matang dan keahlian di bidang leadersip, manajemen dan politik yang menjadikan beliau layak memimpin tanzhim Al-Qaeda meskipun dalam tanzhim sendiri terdapat orang-orang yang lebih tua, lebih dahulu berhijrah dan berjihad daripada beliau.
musthafa abul yazid
Syaikh Musthafa Abul Yazid rahimahumallah.
Syaikh Athiyatullah sendiri gugur dalam usia yang relatif muda, 43 tahun, setelah mempersembahkan —demikian kami menyangkanya dan di sisi Allah semata perhitungannya— nyawa dan harta yang paling berharga. Di antaranya adalah ikut gugurnya dua putra beliau. Pertama, Ibrahim yang berumur 15 tahun dan gugur dua tahun sebelum ayahnya. Kedua, Isham yang berumur 14 tahun, gugur bersama dengan ayahnya, semoga Allah merahmati mereka semua.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Anda, wahai syaikh kami yang tercinta. Demi Allah, tidaklah saya sedih atas meninggalnya seseorang melebihi kesedihan saya atas kehilangan Anda dan gugurnya Anda. Namun saya hanya akan mengatakan ucapan yang mendatangkan ridha Allah: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, kita milik Allah dan kita hanya akan kembali kepada-Nya

Diterjemahkan Oleh Muhib Al-Majdi Arrahmah dari tulisan syaikh Abu Bara’ Al-Kuwaiti di majalah resmi terbitan tanzhim Al-Qaeda Khurasan, Thalai’ Khurasan edisi 21/Ramadhan 1433 H.
sumber : lasdipo

0 komentar:

Posting Komentar