arrisalah13.blogspot.com
Syaikh Athiyatullah Dimata Abu Mus’ab Az-Zarqowi dan Abu Bara’ Al-Kuwaity
Dalam tulisan yang sedikit ini, kita akan membahas keluhuran sifat, akhlak dan pengalaman beliau dalam berjihad di jalan Allah subhaanah. Dan kecerdasan beliau saat menjadi amir tandzim Al-Qaeda wilayah khurasan (Afganistan dan Pakistan).
Syaikh Athiyatullah Al-Libi atau syaikh Jamal Ibrahim Asy-Syitiwi semoga Allah merahmatinya adalah seorang laki-laki yang berbeda dengan kebanyakan laki-laki lainnya. Allah Ta’ala telah mengumpulkan pada diri beliau ilmu syar’i, hikmah (kebijaksanaan), kesantunan, leadersif dan manajemen yang bagus, ditambah sifat-sifat istimewa beliau yang lain seperti banyak diam dan berfikir secara mendalam dan lama atas berbagai urusan. Saya belum pernah melihat beliau sehari pun tergesa-gesa dalam urusan apapun.
Beliau senang untuk pelan dan berhati-hati serta tidak tergesa-gesa sebab beliaurahimahullah mengetahui betul ketergesaan selamanya tidak akan berakibat baik. Hal ini dibuktikan oleh serial tulisan beliau yang berjudul “unfudz ‘ala rislika” (berjalanlah dengan pelan-pelan dan hati-hati) dalam majalah Thalai’ Khurasan.
Sifat-sifat jihad dan kepemimpinan syaikh
Semua orang, bukan hanya hamba Allah yang faqir ini saja, bersaksi bahwa syaikh Athiyatullah Al-Libi rahimahullan adalah seorang yang cerdas, brilian dan berpengalaman luas dalam bidang jihad, mengelola urusan-urusan jihad dan tugas-tugas jihad yang sulit. Beliau adalah orang yang memiliki ketajaman dan kekuatan pemikiran, serta memiliki pandangan yang sangat dalam tentang dampak-dampak sebuah urusan.
Barangkali apa yang dikatakan oleh syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi rahimahullah dalam tulisannya yang berjudul da’u Athiyatallah fa huwa a’lamu bima yaquulu (Biarkanlah Athiyatullah, sebab ia lebih mengetahui apa yang ia katakan) cukup sebagai bukti atas hal itu. Dalam tulisan tersebut, syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi rahimahullah membantah dan menasehati orang-orang yang mencaci maki para ulama mujahidin.
Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqowi (rahimahullah)
Bantahan dan nasehat syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi rahimahullah tersebut membuat para pencaci maki tersebut tidak berkutik dan mengajarkan kepada generasi Islam sikap menghormati para ulama dan mujahidin. Bukan suatu kewajiban bagi Anda untuk mengenal sosok syaikh ini atau mujahid itu agar Anda bisa menilai syaikh dan mujahid tersebut orang yang teguh, adil dan bisa dipercaya.
Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi rahimahullah menghentikan lisan-lisan yang mencela dan mencaci maki tersebut dengan sopan dan hormat. Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi rahimahullah berkata: “Pertama. Di antara hal yang sebaiknya diketahui sejak awal oleh para ikhwan, dan hal ini bukan karena saya merendahkan hati -Allah Maha Tahu- melainkan memang begitulah kenyataan dan realitanya, sesungguhnya Athiyatullah adalah kakak bagi adik kalian (maksudnya syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi sendiri). Beliaulah yang sebenarnya syaikh (ulama), bukan saya.
Saya hanyalah salah seorang dari kaum muslimin dan salah satu tentara dari tentara-tentara agama ini. Ketergelinciran dan kekeliruan saya lebih banyak dari kebenaran saya. Kita berdoa kepada Allah semoga Allah membuat saya memegang teguh Islam sampai saya menghadap-Nya dan semoga Allah mengakhiri kehidupan saya dengan husnul khatimah. Sungguh sangat jauh perbedaan antara orang yang menghabiskan setengah umurnya dalam permainan dan kemaksiatan, dengan orang yang jenggotnya tumbuh dan tulang belakangnya telah mengeras di bumi jihad.
Kedua. Apa yang saya katakan tadi berkaitan dengan apa yang akan saya katakan setelah ini. Yaitu hendaknya ikhwan-ikhwan mengetahui bahwa kakak kita, Athiyatullah, adalah orang yang telah memiliki pengalaman-pengalaman yang telah lalu di beberapa medan jihad. Hal itu membuat laki-laki ini —demikianlah kami mengira, Allahlah yang menghitung amalnya, dan kami tidak mengganggap seorang pun suci di hadapan Allah— keahlian yang sangat kaya, pengalaman yang matang dan pandangan yang jauh ke depan tentang akibat-akibat berbagai urusan. Hal itu membuatnya layak untuk memberikan pendapat dan menyampaikan apa yang diyakininya berkaitan dengan perkara-perkara insidental yang dihadapi oleh jihad dan mujahidin.”
Peristiwa-peristiwa jihad yang saya alami sendiri bersama syaikh Athiyatullah sangat banyak, dan semua itu menambah kemantapan saya bahwa apa yang dikatakan semua pihak tentang kwalitas syaikh Athiyatullah tersebut adalah benar dan kenyataan, bukan dilebih-lebihkan.
Syaikh Athiyatullah memimpin tanzhim Al-Qaeda (wilayah Afghanistan dan Pakistan) dalam kondisi yang sangat berat dan penuh tantangan, di mana kondisi fase tersebut menuntut tanzhim dipegang oleh orang-orang yang benar-benar memiliki kapabilitas dan pengalaman yang handal.
Namun segala puji bagi Allah dalam segala keadaan, syaikh Athiyatullah rahimahullah telah mewariskan sepeninggal beliau tokoh-tokoh yang memiliki cita-cita yang sangat tinggi. Kita berdoa semoga Allah membantu mereka dan meluruskan langkah-langkah dalam mengangkat panji Islam dan meneruskan perjuangan.
Syaikh Athiyatullah juga memiliki pengetahuan yang banyak tentang komputer dan interaksi dengan internet. Beliau senantiasa berkembang dan menguasai banyak perkara dalam bidang-bidang teknologi. Hal ini juga termasuk perkara yang diperhatikan sepenuhnya oleh para amir dan pimpinan tanzhim-tanzhim jihad yang berperang di atas perintah Allah, hendaknya mereka menguasai teknologi dan beragam cabangnya. Dengan begitu mujahdiin memiliki para amir yang handal, memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengambil tindakan dan mengatur urusan.Kemampuan tinggi seperti itu tidak diraih kecuali melalui pengembangan dan pelatihan terhadap kemampuan diri sendiri.
Syaikh Athiyatullah rahimahullah sangat antusias untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam segala bidang sehingga beliau bisa menguasai kondisi-kondisi jihad yang beragam, yang menuntut komandan dan amir untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam aspek ilmu dan amal, teori dan praktek.
Syaikh Athiyatullah rahimahullah sangat antusias untuk menjaga ikhwan-ikhwan dan nyawa mereka. Terkadang Anda akan mendapati beliau melarang ikhwan-ikhwan melakukan suatu perkara yang secara lahiriah nampaknya baik, namun setelah Anda merenungkan kembali perkara tersebut secara mendalam, niscaya Anda akan mendapati pendapat beliau itulah yang benar dan tepat.
Hal itu semata-mata beliau lakukan karena keseriusan beliau dalam melindungi nyawa ikhwan-ikhwan, terkhusus lagi para komandan dan orang-orang yang memiliki keahlian di antara mereka, dan juga berdasar pengetahuan beliau bahwa Allah pasti akan meminta pertanggung jawaban beliau atas semua peristiwa kecil maupun besar yang terjadi selama masa kepemimpinan beliau.
Demikian pula, hendaknya kaum muslimin mengetahui bahwa operasi serangan yang menggoncangkan Dinas Intelijen Amerika (CIA) dan pemerintahan Gedung Hitam (plesetan dari Gedung Putih, pent) yaitu operasi Hudzaifah bin Yaman yang dilakukan oleh ikhwan kita yang syahid —insya Allah—doctor Abu Dujanah Al-Khurasani di pangkalan militer Khost, hendaknya diketahui bahwa sesungguhnya arsitek dari operasi yang spektakuler tersebut adalah syaikh Athiyatullah Al-Libi rahimahullah.
Abu Dujanah Al-Khurasani (rahimahullah)
Saya masih ingat betul, keesokan hari setelah operasi serangan hebat tersebut, saya menjumpai beliau di sebuah wilayah. Seperti biasa kami membicarakan hal-hal yang umum, kondisi-kondisi dan berita-berita dunia. Beliau lalu bertanya kepada saya, “Tahukah engkau wahai Abu Bara’, siapakah pelaku serangan spektakuler ini?”
Saya menjawab, “Saya tidak tahu.”
Beliau berkata, “Sesungguhnya saudara kita, Abu Dujanah Al-Khurasani adalah pelaku operasi serangan ini.”
Beliau lalu menceritakan kepadaku secara detail pelaksanaan operasi serangan tersebut dan bagaimana perencanaan matangnya disusun. Operasi serangan itu bagi orang yang mengetahui detail-detail niscaya sangat menunjukkan betapa brilian, inovatif dan ahlinya beliau ini, betapa bagus perencanaan dan pengaturan beliau, kemudian pertama kalinya berkat taufik Allah kepada beliau dan kedua kalinya taufik Allah kepada akh Abu Dujanah Al-Khurasani.
Berkat itu semua, operasi serangan itu dilakukan dengan sukses sehingga mematahkan punggung CIA, menewaskan delapan perwira CIA, mengantarkan mereka ke neraka Jahanam dan sungguh ia adalah seburuk-buruk tempat kembali. Mereka membuat makar terhadap Islam dan kaum muslimin, namun Allah mendatangkan siksa-Nya kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka dan tidak mereka rencanakan.
Mereka tidak mengetahui bahwa di tengah umat Islam terdapat orang-orang seperti syaikh kita, Athiyatullah Al-Libi, yang senantiasa mengintai mereka dan mengincar mereka dari tempat-tempat pengincaran untuk membunuh mereka, demi menjayakan agama Allah, menolong orang-orang yang tertindas, membela harga diri yang dinodai dan kehormatan yang ditumpahkan.
Diterjemahkan Oleh Muhib Al-Majdi Arrahmah dari tulisan syaikh Abu Bara’ Al-Kuwaiti di majalah resmi terbitan tanzhim Al-Qaeda Khurasan, Thalai’ Khurasan edisi 21/Ramadhan 1433 H.
sumber : lasdipo
0 komentar:
Posting Komentar