Jelas Benderanya dan Terang Tujuannya serta Tak Bercampur dengan Pemikiran Lain
Oleh : Syeikh Abdullah Azzam rahimahullah
arrisalah13.blogspot.com – Karena itu, ketika kaum Quraisy menawarkan beliau untuk bergantian menyembah tuhan-tuhan mereka setahun dan mereka akan menyembah Allah setahun, maka Nabi SAW berkata kepada mereka :
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir!” Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”. (QS. Al Kafirun : 1-2)
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)”. (QS. Ghafir : 14)
Kita wajib mengumandangkan tujuan kita sejak pertama kali melangkah, kita tidak boleh bersembunyi (berkamuflase) di bawah bendera nasionalisme untuk menyampaikan agama kita kepada manusia. Dan kita tidak boleh bersembunyi di dalam Partai Ba’ats untuk memberikan manfaat bagi dien kita, dan kita tidak boleh masuk organisasi sosialis supaya kita dapat menyampaikan da’wah kita, dan kitapun tidak boleh masuk yayasan-yayasan buatan manusia dengan persangkaan bahwa dengan jalan itu kita akan mampu untuk berkhidmat kepada dien ini dan menegakkannya.
Sesungguhnya percampuran tujuan sejak pertama kalinya akan menyesatkan jalan kita dan menyesatkan jalan manusia. Dan mereka tidak tahu apa yang mereka ikuti. Karena itu Rasulullah SAW sejak awal telah memproklamasikan tujuannya kepada orang-orang Quraisy : “Sembahlah olehmu sekalian, Allah subhaanah, dan tidak ada bagi kamu ilah selainNya” Dan Nabi Saw terus menerus menyeru kepada pengikutnya untuk memegang prinsip tersebut dalam perasaan dan hati mereka, sejak bermulanya da’wah sampai beliau bertemu Rabbnya. Dan beliau senantiasa menyeru kepada pengikutnya supaya tidak menyerupakan diri dengan orang-orang kafir. Beliau bersabda :
“Barangsiapa menyerupakan diri dengan suatu kaum, maka ia termasuk diantara mereka”
Tatkala para sahabat mengajukan permintaan kepada beliau : “Buatkanlah kami anwath (yakni pohon yang dipakai oleh orang-orang jahiliyah untuk menggantungkan senjata), sebagaimana mereka”, maka Rasulullah SAW betul-betul marah, lantas beliau bersabda :
“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (jejak) orang-orang sebelum kalian jengkal demi jengkal, hasta demi hasta, depa demi depa; sehingga andaipun salah seorang diantara mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalianpun akan memasukinya”.
Karena itu, Rasulullah SAW melarang kaum muslimin meniru-niru orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang kafir dalam hal ibadah, pakaian dan tunggangan. Jika anda mau, maka bacalah kitab “Iqtidha Ash Shirathal Mustaqim fie Mukhalafati Ash-habul Jahim”, karangan Imam Ibnu Taimiyah.
Umat Islam telah dibatasi oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam hal penopang-penopangnya, dan menjadikannya sebagai satu-satunya penopang, yakni menjadikan aqidah sebagai kebangsaannya, Darul Islam sebagai tanah airnya, Rabbnya sebagai penguasa tunggal dan menjadikan Al-Qur’an sebagai undang-undangnya.
Penggambaran tentang tanah air, kebangsaan dan kekeluargaan yang amat tinggi inilah yang mesti tertanam dalam jiwa da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah. Sehingga pokok persoalannya menjadi jelas, dimana da’wah tersebut tidak tersusupi ke dalamnya syirik khofi (syirik yang tersembunyi). Syirik dengan bumi, syirik dengan kebangsaan, syirik dengan kerakyatan, syirik dengan nasab/keturunan, syirik dengan manfaat-manfaat kecil yang cepat diraih.
Rasulullah SAW telah menyatakan dengan tegas perihal qaumiyah/hizbiyyah(kebangsaan/kepartaian) : “Tinggalkanlah kebangsaan (bangga terhadap kelompok dan kenegaraan) itu karena sesungguhnya ia adalah sesuatu yang busuk baunya”. Sesuatu yang menebarkan bau yang memualkan dan memuakkan. Maka beliau berkata kepada mereka yang mengucapkan kata-kata busuk lagi sia-sia itu :
“Hendaklah kaum yang membanggakan nenek moyang mereka itu menghentikan (perbuatannya) atau mereka itu menjadi kaum yang lebih hina di hadapan Allah daripada seekor gambreng”.
Gambreng adalah serangga yang lebih kecil daripada jangkrik yang kebiasaannya menggelindingkan kotoran (manusia/binatang lain) dengan ujung tanduknya yakni seperti orang-orang Ba’ats dan orang-orang nasionalis serta konco-konconya. Mereka itu serupa dengan gambreng-gambreng yang teronggok di tong-tong kotoran kebangsaan.
sumber : lasdipo
0 komentar:
Posting Komentar