Sabtu, 06 September 2014

Menyikapi Isu ISIS dengan Waras


By on 17.03

Menyikapi Isu ISIS dengan Waras

Beberapa kali Jumat, sebagian mimbar-mimbar Masjid yang saya datangi diisi oleh khutbah yang menyinggung soal ISIS (Khilafah Al Baghdadi). Tentu kebanyakan para khatib yang berbicara terlihat tidak memahami dengan baik fenomena ISIS dan konflik di Suriah yang telah menewaskan 200-an ribu jiwa itu. Para khatib dengan penuh percaya diri menjabarkan fenomena ISIS mengambil sumber dari media-media mainstream khususnya televisi. Tentu kesimpulannya bahwa apapun yang sedang dilakukan ISIS termasuk jihad melawan orang kafir dan lain sebagainya yang sejatinya memang diperintahkan dalam Islam, dinyatakan bukan berasal dari Islam.
Miris, namun inilah fakta yang terjadi di Indonesia akibat dari penyesatan opini yang dirancang sedemikian rupa oleh musuh-musuh Islam dalam mendompleng isu ISIS. Kita dengan penuh kesadaran memang mengakui sejumlah kontroversi dari sepak terjang ISIS yang secara nyata dinilai para ulama dan tokoh-tokoh intelektual jihadis sebagai tindakan menyimpang. Para ulama dan tokoh itupun telah memberikan nasihatnya secara proporsional dan sesuai konteks di Irak dan Suriah.
Persoalan yang memprihatinkan adalah bergulirnya isu ISIS dengan macam ragam yang menyertainya di Indonesia. Kita harus bisa mengidentifikasi masalah sebenarnya dari dampak isu ISIS yang nyata kita hadapi untuk kemudian menjalankan langkah-langkah solutif sesuai kadarnya.
Bila kita cermati isu ISIS di Indonesia awalnya hanya ramai jadi topik pembicaraan di kalangan aktivis Islam yang concernmengamati  konflik Suriah dan operasi jihad yang dilancarkan di sana. Dari fenomena aksi-aksi berlebihan yang dilancarkan pihak ISIS, perselisihan politis sampai penilaian syariat seputar friksi yang terjadi. Komentar ulama dan tokoh intelektual jihadis pun sampai ke sini dalam menilai friksi antar faksi jihadis di Suriah. Komentar-komentar itu selain sebagai ijtihad pribadi dari para ulama dan tokoh tersebut juga dimaksudkan untuk menenangkan keadaan dan memberi pijakan yang jelas dalam menyikapi persoalandi Irak dan Suriah.
Ini semua telah usai, silahkan kita ambil pelajaran dan mari lanjut bekerja untuk Islam, setidaknya keteladanan bersikap seperti ini diberikan oleh seorang tokoh jihad yang tidak diragukan lagi kredibelitasnya Syaikh DR. Aiman Adz-Dzawahiri dimana setelah beliau memberi penjelasan seputar sikap dan kedudukan ISIS dimata Al-Qaidah beliau memilih untuk menyudahi dan menahan diri dari membicarakan persoalan ISIS serta memilih melanjutkan program-program strategis jihadis dalam melawan pejahat utama yaitu koalisi yahudi dan salibis.
Adapun muncul nasehat dan pernyataan dari ulama dan tokoh intelektual jihad soal topik ISIS berikutnya adalah hal biasa yang muncul dalam kancah jihad dalam rangka menjalankan kewajiban saling menasehati sesama Muslim, dalam perjalanan jihad sebelumnya pun hal seperti ini muncul dan itu sekali lagi hal biasa, alangkah baiknya para aktifis yang mengikuti perkembangan jihad global bisa bijak menyikapinya. Show must go on mari move onsambil terus berdoa semoga Allah SWT segera menyelesaikan persoalan ini dengan karuniaNya. Ingat ujian dalam perjalanan jihad itu adalah keniscayaan, lembaran sejarah jihad umat ini telah membeberkan fakta tersebut.
Pada titik ini harusnya kita sebagai penonton di Indonesia mencukupkan diri,  clear dan selesai.

Angin yang Berubah Arah
Sayangnya ada sekelompok orang  yang masih sibuk berdebat mencari perhatian dan melakukan tindakan-tindakan layaknyacheerleaders (pemandu sorak) dimana mereka menjadikan isu ISIS sebagai lapangannya dalam beratraksi.
Episode berikutnya muncul di Indonesia dimana isu ISIS tiba-tiba mengemuka, kali ini dengan penekanan yang berbeda. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teror) yang menjadi aktor utama. Opini dibentuk, media-media mainstream baik cetak maupun elektronik kompak bak paduan suara memberitakan isu ISIS dengan mengambil momentum munculnya video WNI yang bergabung dengan ISIS di youtube.
BNPT bukannya tidak tahu gelagat fenomena ISIS fever (demam ISIS) di Indonesia, karena aktifitas para supporter ISIS sangat terbuka sampai melakukan aksi mendukung ISIS di pusat ibukota tepatnya di Bundaran Hotel Indonesia. Alasan BNPT terkesan terlambat mengangkat isu ISIS ini sudah banyak ditulis adalam analisis pengamat terorisme di Indonesia diantaranya yang terlihat jelas adalah BNPT ingin mendapat jatah dari APBN 2015 yang pada waktu itu akan disahkan sebagai Undang-Undang oleh DPR mengingat terdapat informasi bahwa Amerika dan Australia sebagai bos besar dari BNPT kini menghentikan suplai dana untuk mendanai Badan yang berdiri berdasarkan Perpres tersebut.
BNPT perlu bermanuver untuk mendapatkan kue anggaran karena order bisnis terorisme akhir-akhir ini sepi peminat. Isu ISIS dinilai cukup “seksi” disamping untuk mendapatkan kue anggaran plus berharap keberadaan BNPT tetap dilanjutkan oleh presiden baru yang akan menjabat karena presiden yang mengeluarkan Perpres sebentar lagi akan mengakhiri masa jabatan. Indikasi kuat alasan BNPT diatas terlihat dimana BNPT sekarang sedang bergerilya untuk mendapatkan pengesahan UU sehingga keberadaannya kedepan lebih kuat dengan dasar UU.
Jelaslah sekarang isu ISIS di Indonesia bukan lagi sekedar tema perdebatan dikalangan dua kubu aktifis pro jihad yang sedianya juga hanya sebagai penonton dari jauh dimana hasil kesimpulan perdebatan kedua kubu pun tidak berdampak apa-apa di Irak dan Suriah. Mungkin dampak signifikannya hanya membuat penuh server jejaring sosial yang terisi debat kusir panjang mereka.
Kini ada BNPT yang menjalankan agenda orang kafir asli musuh Islam dalam isu ISIS. BNPT secara nyata sejak berdirinya menjalankan agenda untuk memusuhi Islam, jihad, penegakkan syariat dan pejuangan Islam. Mungkin sebagian pihak akan berkata bahwa menjelaskan penyimpangan ISIS itu penting karena mereka berlebihan dalam pengkafiran dan membunuhi kaum Muslimin dan lain sebagainya, pertanyaannya, itu terjadi di mana? Jakarta, Solo, atau Nusakambangan ? Atau di Irak dan Suriah? Apakah dengan menyerang ISIS habis-habisan di Indonesia menyelesaikan masalah di sana? Coba lihat sikap teladan dari Syaikh Aiman. Demikian pula dengan isu berlebihan dalam takfir, pertanyaannya, fenomena tersebut bukankah sudah ada sejak masa Utsman bin Affan RA ?

Move On, Yuk…
Problematika ISIS sekali lagi sudah dijelaskan oleh para ulama dan tokoh intelektual jihadis berikut soal deklarasi khilafah-nya. Kita harus menerima kenyataan bahwa para ulama dan tokoh jihadis pun berbeda menyikapi isu ISIS, cukup kita ambil pelajaran dan ambil pendapat yang kita pilih, kemudian move on karena kita di Indonesia mengahadapi realitas kita bukan realitas Irak ataupun Suriah.
Ingat prioritas musuh. ISIS memang memiliki sejumlah penyimpangan tapi mereka juga sedang berperang menghadapi Syiah dan Amerika hari ini, mereka masih Muslim seperti kita yang mempunyai hak loyalitas dari kita dalam perkara-perkara yang sesuai syariat. Maksimal ISIS berikut fansclub-nya (sebagaimana pengakuan salah satu tokoh pendukung ISIS bahwa mereka hanyafansclub) adalah saudara Muslim kita yang menyimpang atau berlebihan.
Vonis bahwa ISIS hanya memerangi kaum Muslimin yang mereka pandang telah murtad sementara meninggalkan Syiah plus Amerika terlalu berlebihan. Anggaplah vonis itu benar, lalu apa bedanya perilaku ISIS dengan para kritikusnya di Indonesia yang lebih sibuk menyerang ISIS dan berdebat dengan sekelompokfansclub ISIS ketimbang menyerang BNPT minimal secara opini yang jelas-jelas musuh nyata didukung oleh kafir asli, sampai-sampai dengan semangatnya membuat akun jejaring sosial hingga blog khusus untuk menyerang habis-habisan ISIS bersertafansclub-nya.

Ah, Namanya Juga Fansclub….
Fansclub, sebuah ungkapan yang menggambarkan sekelompok orang dengan fanatisme di atas rata-rata terhadap objek yang mereka gandrungi. Bahkan terkadang sampai melakukan tindakan di luar akal sehat dan logika seperti berteriak histeris tanpa sebab, kemudian menangis memandangi idolanya. Semua itu adalah ekspresi histeria fans kepada idolanya yang kadang memang tidak masuk akal.
Sikap bijak orang berakal sehat menghadapi fansclub yang dimabuk cinta terhadap idolanya adalah mengabaikannya atau minimal beri saja senyuman Toh mereka sekedar mengekspresikan kecintaannya pada idolanya untuk menarik perhatian. Jangan sampai kita hadapi fansclub dengan gayacheerleaders dimana ketika mereka ramai bersorak kita pun sibuk melayani sorakannya padahal sama-sama sedang menonton pertunjukan dan sorakan kita tidak berpengaruh terhadap kualitas pertunjukan itu sendiri. Buatlah isu ISIS itu sepi.
Mari kita fokus mengarahkan pandangan kita kepada musuh utama yang jelas-jelas nyata memerangi Islam dengan mengkambinghitamkan majelis ta’lim, jihad, penegakkan syariat dan setiap upaya perjuangan Iqomatuddin dengan menunggangi isu apapun termasuk isu ISIS. Kita lawan upaya-upaya makar mereka, pahamkan umat akan bahaya mereka dan ajak umat untuk waspada bahkan melawan bila diperlukan. Terlebih jika boleh kita melirik analisis konspiratif terkait munculnya fansclub ISIS dan isu ISIS ini, kita bisa melihat aroma radikalisasi dan skenario isu ISIS ini dimainkan oleh sutradara yang bernama BNPT. Oleh sebab itu kenapa kita sibuk menyalahi pemain sinetron yang hanya menjalankan arahan sutradara baik langsung maupun tidak langsung, apalagi sampai ikut jadi pemeran antagonis. Jika sinetronnya memang tidak bagus dan merugikan, maka fokuslah menghujani kritik ke sutradaranya sebagai pembuat skenario.
Mari kita lanjutkan amal sholih kita membantu saudara Muslim Suriah dan saudara-saudara Muslim yang terzhalimi di wilayah lain. Fokus kita adalah menjaga kehormatan saudara Muslim kita yang dilecehkan, berkhidmah kepada jihad dan mujahidin, menolongmustadh’afin. Selamatkan diri kita dari pekerjaan sia-sia.
Sadarlah bahwa fans fanatik beserta cheerleaders-nya memang suka melakukan tindakan aneh diluar kewarasan, maka jangan ikut-ikutan menjadi tidak waras. Sikapi isu ISIS dan fansclub-nya ini dengan kesadaran akal sehat, adil, proporsional. Ada kalimat yang sering diucapkan orang seraya bergurau “sudahlah yang waras ngalah”.
sumber : kiblat.net

0 komentar:

Posting Komentar