Minggu, 10 Februari 2013

Mengapa Israel Menyerang Suriah?


By on 20.54


Jabhah Nusrah, sang pembuat perbedaan di Tanah Suriah
Jabhah Nusrah, sang pembuat perbedaan di Tanah Suriah
  Kabar keterlibatan Israel dalam konflik Suriah telah menambahkan kebingungan atas apa yang terjadi di Suriah hari ini. Tampaknya tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi di tengah semua darah, puing-puing dan kehancuran yang melanda Bumi Syam.

Berita pertama dari serangan jet tempur Israel tercatat pada hari Rabu, (29/01). Situs jejaring sosial Twitter mengutip sumber dari AS dan sumber regional yang anonim mengatakan bahwa sebuah konvoi militer Suriah yang mengangkut senjata mutakhir berupa rudal anti-pesawat  kepada para sekutu Syiah Hizbullah di Lebanon diserang.
Di sisi lain, Tentara Suriah tak lama kemudian merilis sebuah pernyataan menyangkal klaim diatas dan mengatakan bahwa pesawat Israel telah melanggar wilayah udaranya di bagian selatan negara itu dan menghantam sebuah pusat penelitian militer di pedesaan Damaskus.
Jet ini dikatakan telah melintasi perbatasan melalui Gunung Hermon berhasil lolos deteksi radar dengan melakukan manuver terbang rendah dan langsung menyerang target.
Pernyataan militer Suriah melalui kantor berita negara berbunyi: “Jet tempur Israel melanggar wilayah udara kami saat fajar hari ini dan melakukan serangan langsung pada pusat penelitian ilmiah yang berdampak pada peningkatan perlawanan dan pembelaan diri negara kita. Serangan ini terjadi setelah Israel dan negara-negara lain yang menentang rakyat Suriah memanfaatkan pion mereka di Suriah untuk menyerang lokasi militer penting. “
Operasi itu digambarkan sebagai, “… tindakan agresi, membombardir lokasi, menyebabkan kerusakan material secara besar dan menghancurkan bangunan.”
Pernyataan itu menunjukkan bahwa dua pekerja lokasi tewas dan lima lainnya luka-luka.
Surat kabar berbasis Israel Jerusalem Post menerbitkan sebuah laporan oleh harian Irak.
Azzaman mengutip sumber diplomatik Barat mengatakan hari Kamis (30/01) bahwa dugaan serangan Israel atas Suriah yang dilaporkan pada hari Rabu menimbulkan korban jiwa di kalangan Korps Garda Revolusi Iran yang ditempatkan di fasilitas Suriah. Sumber tersebut juga mengatakan bahwa serangan itu terjadi lebih dari 48 jam sebelum dilaporkan, yang akhirnya dibocorkan oleh Israel,” ujar laporan tersebut.
“Sumber berita yang diwawancarai oleh koran di London, mengatakan bahwa laporan tentang serangan terhadap konvoi ke Libanon mungkin dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari tujuan utama dari operasi tersebut, yang menggunakan pesawat F-16 untuk menembak setidaknya delapan peluru kendali di fasilitas tersebut,” lanjutnya.
“Sumber tersebut juga mengatakan bahwa pangkalan itu dijaga ketat dan berisi para pakar dari Rusia dan setidaknya tiga ribu Pengawal Revolusi Iran, yang telah menjaga tempat itu selama bertahun-tahun. Banyak dari Korps Garda Revolusi Iran menjadi korban (sekitar 50 orang dari  Korps Garda Iran dan Syiah Hizbullah).”
Fakta yang meragukan
Aroma kebingungan ini memang begitu kuat, hal itu dirasakan oleh pakar Timur Tengah seperti Naeem Jinnah dari Afro-Midle East Centre di Johannesburg, ia ragu-ragu untuk mengeluarkan pemahaman analitis. Apakah ada fakta meyakinkan mengenai apa yang terjadi di Suriah dengan serangan jet Israel pada minggu ini?
“Tidak ada, benar-benar tidak ada,” katanya. “Ini adalah masalah dan itu sebabnya aku tidak yakin mengapa saya bahkan melakukan wawancara ini. Tidak ada sesuatu yang meyakinkan. Semua yang kita miliki adalah narasi yang berbeda dari orang yang berbeda … Tidak  jelas secara persis apa yang terjadi. Apa yang jelas adalah bahwa ada pesawat Israel di udara di atas perbatasan Libanon Suriah. Apa sebenarnya yang mereka lakukan dan yang mereka ditargetkan tidak benar-benar jelas.” lanjut Naeem.
Jika versi tentara Suriah dari peristiwa itu yang benar, maka perspektif yang menarik yang bisa disoroti adalah ketakutan terbesar Israel yang sebenarnya bisa diukur.
Situs Al Jazeera mengutip pernyataan Suriah awalnya dikeluarkan oleh kantor berita negara SANA pada hari Rabu malam mencatat bahwa, serangan Israel datang “setelah kelompok teroris  melakukan beberapa usaha yang gagal dalam beberapa bulan terakhir untuk mengambil kendali sebuah situs.” Situs ini mengacu pada pusat penelitian militer dan pemerintah Suriah menunjuk pada pejuang anti-pemerintah yang mereka sebut teroris . Jika ini yang benar terjadi, bisa jadi Israel telah melakukan serangan pre-emptive terhadap instalasi militer Suriah untuk mencegah teknologi militer itu dari jatuh ke tangan pejuang anti-pemerintah, yang diantara mereka telah menunjukkan kecenderungan meningkat untuk membangun negara Islam sebagai lawan dari pihak sekuler yang akan lebih bersimpati kepada Israel dan Barat.
Jabhah Nusrah Sang Pembuat Perbedaan
Orang-orang Amerika telah mengklasifikasikan kelompok seperti Jabhah Nusrah sebagai organisasi teroris yang terdiri sejumlah besar pejuang tangguh yang telah berpartisipasi dalam memerangi pasukan AS di Afghanistan dan Irak.
Roxanne Horesh, menulis pada bulan Februari 2012 dan diterbitkan oleh Al Jazeera mencatat:
Meskipun pemerintah Israel belum menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Assad, para pembuat kebijakan di Israel tetap mempertahankan “strategi diam” terhadap oposisi Suriah. Mengingat kerentanan geografis Suriah, dan sumber daya militer terbatas, kemungkinan Assad untuk memimpin kampanye militer yang sukses terhadap Israel relatif rendah. Perbatasan Israel-Suriah relatif agak tenang sejak tahun 1973. Bahkan ketika tentara Israel menewaskan 26 demonstran Palestina pada Juni 2011, saat mereka berbaris menuju perbatasan antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan -yang sudah diduduki-, ketegangan tidak meningkat menuju potensi konflik antara kedua negara.
Rezim Suriah mengalami kesulitan untuk menggambarkan bahwa semua kelompok oposisi sebagai salah satu kekuatan tempur identik didukung oleh AS dan sekutunya. Tetapi munculnya Jabhah Nusrah dan kelompok mujahidin yang ingin mendirikan negara Islam telah mengubah peta permainan.
Analis politik Timur Tengah CII, Ebrahim Moosa, mengatakan proses yang berlangsung di Suriah akan berujung pada proses penyaringan. “Di tengah semua berita dan laporan yang ada kita harus ingat, sebagai wartawan Muslim, kebenaran yang nyata terletak pada apa yang Nabi Muhammad (saw) telah katakan dan ajarkan pada kita. Kita tahu bahwa Suriah sangat penting bagi umat Islam dan terbukti menjadi tungku yang akan membakar batu bata yang digunakan untuk mengembalikan umat ke posisi awalnya yang masih murni. Mereka yang berjalan pada kebenaran akan terseleksi diantara yang lain dengan agenda yang mereka usung sendiri. “
Sudah jelas bahwa negara-negara Barat telah memilih secara selektif untuk mendukung unsur-unsur oposisi.
Sebuah laporan Reuters mengutip menteri luar negeri Perancis mengatakan bahwa Suriah berresiko jatuh ke tangan kelompok militan Islamis jika pendukung oposisi Suriah tidak berbuat lebih banyak untuk membantu dalam pemberontakan yang telah berlangsung selama 22 bulan terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Oleh karena itu, Koalisi Nasional Suriah telah erat didekati oleh Barat dan tampaknya telah dipilih dengan baik untuk memberikan dukungan kepada Barat untuk melawan probabilitas tertentu.
“Menjelang runtuhnya suatu negara dan masyarakat (Suriah, red), terlihat kelompok-kelompok Islamis akan mendapatkan kekuasaan jika kita tidak bertindak sebagaimana seharusnya,” kata menteri luar negeri Laurent Fabius. “Kita tidak bisa membiarkan sebuah revolusi yang dimulai sebagai protes damai dan demokratis berubah menjadi konflik milisi.” tegasnya. [Fajar]
sumber : http://www.an-najah.net

0 komentar:

Posting Komentar