Senin, 30 Juni 2014

Menanti Keruntuhan Baghdad dan Kemungkinan Irak Seperti Suriah


By on 01.16

Menanti Keruntuhan Baghdad dan Kemungkinan Irak Seperti Suriah

arrisalah13.blogspot.com  – Mosul, kota kedua terbesar di Irak, jatuh di tangan para penjuang hanya dalam hitungan hari saja. Demikian pula beberapa kota lain. Di antara sebab keruntuhan yang cepat itu adalah larinya para komandan penting di militer Irak. Mereka adalah Jenderal Ali Ghaidan; komandan pasukan darat, Mahdi Gharrawi; komandan operasi Ninawa, dan Abboud Qanbar; komandan pasukan gabungan. Tiga komandan penting ini melarikan diri ke Kurdistan.

Dari Kanan: Letjen Ali Ghaidan, Abboud Qanbar, dan Letjen Mahdi Gharrawi.
na8l-12-6-1
Dari Kanan: Letjen Ali Ghaidan, Abboud Qanbar, dan Letjen Mahdi Gharrawi.
Seorang prajurit keamanan Preshmerga (Kurdi) memegang seragam militer Ali Ghaidan setelah melarikan diri
Seorang prajurit keamanan Preshmerga (Kurdi) memegang seragam militer Ali Ghaidan setelah melarikan diri
Mahdi Gharrawi selama pelariannya ke wilayah Kurdistan dan di sampingnya adalah tentara Peshmerga
Mahdi Gharrawi selama pelariannya ke wilayah Kurdistan dan di sampingnya adalah tentara Peshmerga
Konsentrasi para pejuang hari ini adalah menjatuhkan Baghdad. Pejuang optimis bahwa Ibukota akan direbut dalam waktu dekat. Namun, para pengamat melihat, konflik di negeri Mesopotamia tidak akan berakhir segera. Dennis Ross, Mantan utusan perdamaian di Timur Tengah, memperkirakan, “Setahun ke depan, ISIS dan sekutunya diperkirakan tidak akan bisa memasuki Baghdad.”
Apakah Irak benar-benar akan jatuh dalam waktu dekat atau akan lebih lama, atau justru akan berkepanjangan seperti yang terjadi dalam revolusi Suriah? Tulisan ini akan mencoba menjawabnya.
Beberapa kondisi menunjukkan ada kesamaan antara revolusi melawan rezim Syiah di dua negara ini. Pertama, di Suriah banyak faksi mujahidin terlibat, mulai dari faksi-faksi yang bergabung dalam nama FSA, Dewan Militer, Ahrar Syam, Liwa Tauhid, Suqur Syam, Jabhah Nusrah, ISIS dan masih banyak lagi penduduk lokal yang membentuk kelompok bersenjata.
Hal tersebut adalah tabiat yang umum dalam sebuah revolusi yang melibatkan perlawanan rakyat secara luas. Di Irak sejatinya tidak berbeda, hanya saja informasi tentang milisi dan kelompok-kelompok pejuang di Irak jarang diangkat oleh media, kecuali ISIS. Berikut ini sebagian kelompok bersenjata yang lahir dari kebangkitan melawan penjajahan dan sampai hari ini terlibat dalam revolusi Irak:
Pertama: Dewan Militer Suku-Suku Irak
Kelompok ini mencakup 78 marga dan suku Arab Sunni, serta keluarga-keluarga di wilayah kesukuan di Irak selatan.
Milisi Suku-Suku Irak
Milisi Suku-Suku Irak
Dewan Militer memiliki 41 faksi bersenjata yang tersebar di kota-kota Ramadi, Khaldiya, Fallujah, Karmah, dan desa-desa dan daerah yang berbeda di provinsi Anbar, Irak barat. Mereka juga memiliki elemen terbatas di Baghdad, tepatnya di Abu Ghraib, Yusifiyah, serta Yusufiya, Taji dan Tarmiya.
Kelompok ini diikuti oleh beberapa kelompok lain yang belum dikenal jumlah dan kekuatan mereka. Saat beberapa kota di Irak jatuh, mereka tiba-tiba saja mereka ada dalam rencana faksi-faksi bersenjata untuk mengendalikan Baghdad.
Beberapa faksi dewan militer ini juga ada di beberapa kota di provinsi Ninawa, Shalahuddin, kota-kota di Timur, Timur Laut yang berhadapan dengan provinsi Diyala. Mereka juga memiliki kehadiran yang terbatas di provinsi Kirkuk, sekitar 43 persen dari luas total provinsi, yang merupakan daerah dari Hawija, Riyadh, Umm Khanajir, Zab, lembah Horan yang berdekatan dengan perbatasan provinsi Diyala.
Kelompok ini juga memiliki faksi di provinsi Babel di daerah utara provinsi, yaitu Alexandria, Buhairat, Jurf Shakr, dan Jurf Malh. Mereka juga ada di provinsi Wasit, di daerah kota-kota dan desa sekitarnya.
Dewan Militer juga memiliki sejumlah besar pejuang bila dibandingkan dengan faksi-faksi sunni bersenjata lainnya. Puluhan ribu pejuang bersenjata telah bergabung. Mereka berasal dari anggota suku yang telah mampu memanggul senjata, dan mantan para demonstran lainnya di wilayah damai, yang diluncurkan awal tahun lalu, di kota-kota Irak yang berbeda.
Faksi-faksi yang bergabung dalam Dewan Militer dipimpin oleh mantan tentara Irak yang terkemuka. Dewan militer suku-suku Irak menganut perintah terpadu yang terdiri dari para pemimpin suku dan mantan tentara.
Susunan Dewan dan struktur internal memberikan kebebasan bergerak dan fleksibilitas dalam serangan dan manuver di daerah baru, yang menghasilkan beberapa kemajuan di berbagai daerah Irak.
Dewan militer memiliki persenjataan militer yang besar, dan bervariasi antara ringan, sedang dan berat.
Kelemahannya, organisasi ini tidak memberlakukan standar yang ketat untuk menerima relawan dari suku mana pun dengan keyakinan masing-masing, dan faktor lain yang tidak menutup kemungkinan penyusupan dan bocornya rencana organisasi.
Kedua: Ansharul Islam
Ansharul Islam adalah kelompok Islam dari suku Kurdi. Dibentuk pada Desember 2001 setelah Jamaah Jundul Islam, yang dipimpin oleh Abu Abdullah Asy-Syafi’i –bersatu dengan gerakan yang memisahkan diri dari gerakan Gerakan Islam Kurdistan. Kelompok baru ini dipimpin oleh Najmuddin Faraj Ahmad, alias Mullah Krekar, yang tinggal di Norwegia sejak tahun 1991, sebagai pengungsi politik. Dalam gerakannya Anshar Islam menyerukan penerapan syariat Islam.
Mullah Krekar
Mullah Krekar
Pada tahun 2003, milisi Anshar Islam pindah ke kota-kota setelah invasi AS, dan pada saat yang sama telah terjadi perpecahan yang tajam di internal, sebagai akibat berbaiatnya sejumlah pimpinan mereka kepada Abu Mus’ab Al-Zarqawi.
Operasi militer Ansharul Islam berhenti setelah penarikan Amerika dari Irak, dan kembali bekerja lagi melalui sel-sel dan beberapa operasi di Ninawa, Kirkuk dan sebagian provinsi Diyala. Saat ini mereka bekerja di tiga wilayah ini.
Kekuatan yang perlu disoroti dari Ansar al-Islam adalah, mereka merupakan organisasi tertutup dan memiliki jaringan mata-mata yang luas. Komandan mereka sulit dikenali publik, selain ada nama Umar Al-Iraqi, seorang komandan sel-sel Kelompok di Ninawa. Ia adalah keturunan Kurdi. Selain itu adalah Syaikh Abu Walid, komandan sel mereka di Kirkuk. Abu Walid tidak dikenal kecuali bahwa dia adalah seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah di Baghdad, dan kemudian meninggalkan pekerjaan pada tahun 2006, lalu bergabung dengan Kelompok.
Anshar Islam menunjukkan kontrol mereka di Tikrit
Anshar Islam menunjukkan kontrol mereka di Tikrit
Anshar Islam sangat kekat melakukan operasi. Mereka tidak mau terlibat dalam operasi “sekunder”, karena menurut mereka itu hanya akan menyebabkan penipisan pasukannya. Itulah sebabnya, kelompok ini dianggap sebagai kelompok yang memiliki kerugian paling sedikit hingga saat ini. Mereka hari ini aktif di provinsi Ninawa, Kirkuk dan Diyala. Jumlah mereka diperkiraan lebih dari 5 ribu elemen.
Ketiga: Jaisyul Mujahidin
Kelompok ini merupakan campuran mantan kombatan dalam faksi Sunni bersenjata melawan invasi AS. Kelompok ini dianggap sebagai keberhasilan pemerintah AS di Irak pada tahun 2007 dalam pembentukan shahawat kesukuan.
Lambang Jaisy Mujahidin Irak
Lambang Jaisy Mujahidin Irak
Kelompok ini kembali melakukan kegiatan setelah kelahirannya di daerah perbatasan dengan Suriah, di barat negara itu, pada akhir tahun 2008. Saat ini mereka memiliki sekitar empat ribu kombatan, dan aktif di kota-kota Karmah, Fallujah, Abu Ghraib, Zawbaa, Yuwaifiyah di Baghdad, serta Tikrit.
Milisi Jaisy Mujahidin Irak
Milisi Jaisy Mujahidin Irak
Kelebihan kelompok ini adalah operasi sniper mereka, selain kepemilikan senjata roket buatan sendiri. Wilayah Karmah, barat Falujah, adalah wilayan yang mereka taklukkan.
Faksi-faksi lain menganggap Jaisy Mujahidin lambat dalam pergerakannya, dan hanya berkutat di kota-kota dan wilayah yang dikuasai saja.
Keempat: Jaisyul Islam
Kelompok inilah yang pada 2004 menyandera dua WNI dan menuntut agar Ustad Abu Bakar Ba’asyir dibebaskan.
Jaisy Islam merupakan faksi terbesar ketiga dalam hal penyebaran di kota-kota Irak yang dihuni oleh mayoritas Arab Sunni, setelah Dewan Militer dan ISIS.
Lambang Jaisy Islam Irak
Lambang Jaisy Islam Irak
Didirikan pada tahun 2004, dan pernah mengalami bentrokan sengit dengan al-Qaida pada tahun 2006 dan awal tahun 2007, yang menjadi faktor pelemahan terlalu banyak, sebelum mencapai gencatan senjata dan kesepakatan tentang isu yang beredar di antara mereka, terutama tentang toko senjata, dan untuk menghukum para pemimpin al-Qaeda yang terlibat memicu fitnah.
Anggota Jaisyul Islam adalah campuran pejuang nasionalis dan Islamis, dan beberapa Arab nasionalis.
Ini adalah satu-satunya faksi yang memiliki sistem militer internal dan penerapan operasi militer terhadap Korps Marinir AS, dan pasukan Inggris di Samawah, Irak selatan, termasuk penghancuran Basis Falcon, di selatan Baghdad.
Baghdad, Salahuddin dan Ninawa merupakan daerah kerja mereka yang paling menonjol, terutama sumbu utara dan selatan Baghdad, dengan hadirnya kelompok terbatas di Anbar.
Kontrol Jaisy Islam di wilayah Azhim, Irak
Kontrol Jaisy Islam di wilayah Azhim, Irak
Pasukan Jaisy Islam terkenal dengan kemampuan mereka dalam perang jarak dekat dan street war. Mereka juga berpengalaman dalam manuver di daerah pertanian dan padang pasir.
Jaisy Islam juga memiliki sayap intelijen yang sukses dalam serangan berkualitas terhadap pasukan AS. Amerika pernah mengusir puluhan warga Irak yang menjadi penerjemah dan kolaboratornya, atas tuduhan bekerjasama dengan Jaisy Islam pada tahun 2008.
Kelima: Brigade Suku-Suku Irak
Inilah kelompok jihad pertama di Irak. Kelompok inti mereka lahir dari Baghdad. Kelompok ini lahir dari Revolusi 1920 melawan pendudukan Inggris dari Irak, dan mencakup ribuan anggota kombatan dan non-kombatan. Nasionalisme menjadi karakter organisasi.
Lambang Brigade Suku-Suku Irak
Lambang Brigade Suku-Suku Irak
Dalam perjuangan melawan pendudukan Amerika, kelompok-kelompok suku ini menggabungkan jihadis Islam, aliran sufi, nasionalis, dan juga memiliki hubungan dengan marga dan tokoh Syiah yang tidak setuju dengan invasi asing dan pemerintah saat itu.
Kelompok ini dikenal dengan aksi penyergapan cepat dan serangan kejutan. Jumlah mereka cukup besar di Baghdad, Anbar, Salahuddin dan sebagian Kirkuk. Terakhir, mereka berhasil mengendalikan tiga kota di sekitar ibukota dengan bantuan faksi lain.
Keenam: Kelompok Pejuang Thariqat Naqsabandiyah
Kelompok dikenal paling kontroversial di wilayah Sunni saat ini. Mereka adalah campuran dari Partai Baath Irak, yang dipimpin oleh wakil Saddam Hussein, Izzat Ibrahim Al-Douri.
Famlet Milisi Naqsabandiyah
Famlet Milisi Naqsabandiyah
Mereka aktif di Ninawa, Kirkuk dan beberapa daerah di Baghdad. Merekalah yang pertama berhasil memproduksi roket buatan sendiri dengan jangkauan kisaran antara 25 dan 30 kilometer.
Kelompok inilah yang melakukan aksi pemboman roket ke Zona Hijau dan Bandara Internasional Baghdad, yang terakhir adalah Kamis lalu, 26 Juni 2014.
Anggota kelompok ini mendapatkan keahlian militer murni dari mantan militer rezim militer.
Ketujuh: Daulah Islam di Irak dan Syam (ISIS)
Adalah kelompok yang paling banyak diangkat oleh media-media Barat, sebagai elemen yang paling menjadi ancaman.
Lambang ISIS [mulai 1 Ramadhan 1435 ini telah berganti nama Daulah Khilafah]
Lambang ISIS [mulai 1 Ramadhan 1435 ini telah berganti nama Daulah Khilafah]

Organisasi ini aktif di provinsi Baghdad, Anbar, Ninawa, Shalahuddin, Diyala, Kirkuk, Basrah, Babil, Wasit, Karbala, dan daerah-daerah Kurdi di wilayah Kurdistan. Jumlah tentaranya diperkirakan antara 15-22 ribu pejuang di seluruh Irak. ISIS memiliki sayap militer yang dinamai Brigade Abu Dujana Al-Anshari. Brigade ini dibentuk oleh Abu Mus’ab Az-Zarqawi, yang terdiri dari ratusan tentara bom istisyhad, bom mobil, dan pelaku bom sabuk peledak. Jumlah anggota yang masuk ke dalam brigade ini mencapai tiga juta orang.
Tentara ISIS
Tentara ISIS
Keunggulan kelompok ini daripada faksi-faksi lain terletak pada peralatan, senjata berat dan menengah mereka.
Ghurfatul Amaliyat dan Kemungkinan Konflik Internal
Hari ini, semua faksi tersebut bergabung dalam ruang operasi dan bersatu dalam koordinasi di semua provinsi di Utara, Barat dan Tengah. Menurut mantan Brigjen Mustafa al-Mashhadani, faksi-faksi pejuang Irak berbeda dalam hal prinsip dan ideologi, antara nasionalis, Islamis, dan kesukuan yang disatukan oleh tradisi Aab kuno dalam revolusi melawan al-Maliki.
Mashhadani melihat bahwa mereka bersatu “karena kebutuhan dan kepentingan yang lebih tinggi dalam mengubah sistem yang ada di Irak.”
Namun, adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda perlu diwaspadai karena bisa menjadi api perselisihan. Salah satu pemimpin milisi Suku Sunni Anbar, Ali Sulaiman, misalnya menuntut agar Irak dibagi-bagi.
Ali Sulaiman, pemimpin Milisi Suku-suku Sunni Anbar
Ali Sulaiman, pemimpin Milisi Suku-suku Sunni Anbar
Di antara kelompok Islamis juga memiliki sejarah perselisihan yang lama, meskipun tidak setajam di Suriah.
Ketika Daulah Islam Irak dideklarasikan pada 2006, Anshar Islam tidaklah bergabung. Dan dalam perjalanan jihadnya, Anshar Islam banyak bersinggungan dengan tentara Daulah Islam Irak. Puncaknya pada 12 Pebruari 2013, Pimpinan Anshar Islam mengirimkan surat kepada Al-Qaidah, dalam konteks ISI adalah tanzim di bawah Al-Qaidah. Beberapa hal yang mereka keluhkan dari ISI dalam surat tersebut menyatakan bahwa ISI:
1. Memerangi dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah dari Anshar Islam.
2. Menekan tahanan Anshar Islam di penjara Amerika dulu yang kini ditangani oleh pemerintah Irak, dengan ancaman pembunuhan dan vonis kafir.
3. Memaksa anggota Ansar Islam agar melepaskan baiat dan berbaiat kepada Daulah.
4. Menekan dan memerangi properti Anshar Islam.
Dukungan terhadap Rezim Syiah
Tidak berbeda dengan rezim Suriah, kekhawatiran jatuhnya Baghdad telah direspons serius oleh Barat dan kekuatan Syiah Iran dan Hizbullah Lebanon.
Ayatullah Ali As Sistani
Ayatullah Ali As Sistani
Ulama Syiah Ayatullah Ali Al-Sistani, Jumat 27 Juni 2014, menyeru warga Syiah untuk mengangkat senjata dan melawan apa yang ia sebut sebagai “teroris”. Ulama Syiah lainnya, seperti Ayatullah Murtada Qazwaini dan Ammar Al-Hakim, bahkan memakai pakaian militer untuk meprovokasi relawan agar mau berperang.
Ayatullah Murtada Qazwaini
Ayatullah Murtada Qazwaini [Usia dan cara memegang senjata menjadi bahan tertawaan di media sosial]
Ammar Al-Hakim
Ammar Al-Hakim
Hal yang sama juga dilakukan oleh Muqtada Shadr, pemimpin tentara Syiah Al-Mahdi Irak. Ia menyerukan pembentukan parade militer di Baghdad di bawah nama “Saraya perdamaian”. Seruan ulama dan tokoh Syiah ini mendapatkan respons cepat.
Relawan Syiah yang bersiap untuk membela tempat suci mereka di Irak
Relawan Syiah yang bersiap untuk membela tempat suci mereka di Irak
Iran, Hisbullah Lebanon dan Amerika Serikat Bersatu
Konflik bersenjata di Iran jelas membuat gerah negara sekutu sesama Syiah, Iran. Pemerintahan Hassan Rouhani dilaporkan telah mengirimkan dua batalion pasukan elit untuk melindungi situs suci Syiah, Karbala dan Najaf.
Informasi ini disampaikan oleh sumber keamanan Iran kepada Wall Street Journal, Kamis 12 Juni 2014. Dia mengatakan, dua Tentara Garda Revolusi Iran diberangkatkan ke Irak pada Rabu sebelumnya dari provinsi perbatasan Urumieh dan Lorestan.
Sementara itu, Barack Obama telah melakukan langkah-langkah militer dan diplomatik untuk Irak. Rabu 25 Juni 2014, setidaknya sekitar 300 penasihat militer Amerika Serikat (AS) telah dikirim ke Baghdad. Kedatangan mereka bertujuan untuk membantu pasukan Irak dalam mengatasi serangkaian serangan yang dilakukan oleh militan Irak.
Kedatangan penasihat militer tersebut juga bersamaan dengan kedatangan pasukan khusus AS. Laksamana Angkatan Laut AS, John Kirby, mengatakan bahwa sudah ada dua pasukan di Baghdad termasuk dua tim pasukan khusus yang terdiri dari penasihat, analis intelijen, dan personil dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan operasi gabungan di Irak.
Pengaruh Revolusi Irak terhadap Jihad Suriah
Suriah mendapatkan keuntungan dari iklim Irak yang sedang memanas ini. Sekurang-kurangnya, sebagian Syiah Irak Liwa’ Abul Fadl Abbas (LAFA), sebagai pemasok relawan perang terbesar untuk mendukung rezim Bashar Assad akan pulang ke negaranya. Meskipun Hizbullah dalam sesumbarnya telah menyiapkan 2000 pasukan untuk menggantikan kekosongan di Suriah.
Kesimpulan
Jatuhnya beberapa kota penting di Irak secara alami telah menjadi pembuka tabir hubungan antara Amerika Serikat, Iran, dan Hizbullah Lebanon, yang bersatu untuk membela kepentingan Syiah. Bila di Suriah keterlibatan Amerika masih sulit dibuktikan, maka di Irak, Amerika begitu tergopoh-gopoh untuk mengirimkan ratusan tentara. Respons yang cepat ini juga dilakukan oleh Iran dan Hizbullah Lebanon.
Di sisi lain, kepentingan beberapa pihak bisa menjadi pemicu perpecahan internal pejuang Sunni Irak bila tidak diantisipasi lebih awal. Di sisi ini juga, musuh telah menunjukkan banyak pengalaman untuk melemahkan perjuangan umat Islam di banyak medan jihad.
Ditulis oleh Agus Abdullah
Referensi:
http://www.aljazeeratalk.net/article/5924/هل_انفجر_العراق_فعلا؟
/2014/06/23/selain-isis-pejuang-anshar-al-islam-irak-ikut-kontrol-tikrit/
http://eldorar.com/node/51637
http://www.alboraq.info/showthread.php?t=315373
http://www.alalam.ir/news/1602694
http://www.alittihad.ae/wajhatdetails.php?id=79899
http://news.liputan6.com/read/87282/penyandera-wni-di-irak-menuntut-pembebasan-baasyir
http://www.youtube.com/watch?v=tFNMOYk87cY
http://www.youtube.com/watch?v=XQrun1Ovv-4
http://www.muslm.org/vb/showthread.php?509816-من-قيادة-جماعة-انصار-الاسلام-الى-أمير-جماعة-قاعدة-الجهاد-الشيخ-ايمن-الظواهري-حفظه-الله-ورع
http://www.aksalser.com/?page=view_news&id=25ff24372cf0ebf28d0b1abf8f20ccc6
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/512313-lindungi-karbala–iran-diam-diam-kirim-pasukan-ke-irak
http://international.okezone.com/read/2014/06/25/412/1003953/300-penasehat-militer-as-tiba-di-irak
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/513165-isis-serang-irak–as-dan-iran-berangkulan
/2014/06/13/ribuan-milisi-syiah-irak-di-suriah-pulang-hizbullah-siapkan-dua-ribu-tentara-baru/

sumber : kiblat.net

0 komentar:

Posting Komentar