arrisalah13.blogspot.com - Dominasi Barat menggenggam dan menguasai dunia telah berlangsung lama, setidaknya sejak berakhirnya perang dunia ke-2. Berbeda dengan penguasaan atas bangsa pada periode sebelumnya, dominasi kali ini didukung oleh teknologi tinggi yang mampu mengeksploitasi dan menguras sumber daya alam negara yang dikuasai.
Pada era ini banyak negara dikuasai negara lain bukan dengan represi militer, penguasaan dengan kekuatan kapital (investasi modal) menjadi alat efektif. Pemberian bantuan berupa hutang secara cuma-cuma dengan bunga yang tinggi pun menjadi rencana halus untuk menguasai sebuah negara. Dengan cara-cara ini tak ayal jika sebuah negara “kelihatannya” hidup merdeka dengan segala kedaulatannya ternyata duduk bersimpuh di bawah negara lain yang bertindak sebagai investor. Penduduk pribumi menjadi pembantu di negaranya sendiri. Segala kebijakan negara selalu berpihak pada pihak asing dan merugikan rakyat.
Kebangkitan Islam dalam Kacamata Barat
Barat dengan segala ketamakannya ingin menularkan “penyakit” sekulerisme kepada negara-negara Islam. Seolah mereka ingin menancapkan kembali kekuasaan lewat tangan-tangan budak yang telah mereka didik atau sejalan dengan pahamnya. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya “Asy-Syabab Al-Muslimu Fii Muwaajahati At-Tahaddiyati” menyebutkan beberapa cara Barat menyusupkan virus sekulerisme. Setidaknya ada 5 cara yang dilakukan Barat untuk menjalankan rencananya ini, yaitu
- Menyusupkan fikrah-fikrah laa diniyah (Anti Agama)
- Memadamkan gerakan-gerakan Islam
- Memberlakukan undang-undang positif
- Menentukan sistem pendidikan sesuai dengan selera barat
- Menguasai media massa
Dari kelima hal ini sudah dapat kita lihat sendiri bahwa Barat memang menjalankan itu semua secara terang-terangan dengan brand memerangi terorisme atau sembunyi-sembunyi dengan menebar konspirasi.
Masyarakat Barat yang sudah ter-sekulerkan sempurna, menikmati kemakmuran setelah berhasil mengeruk kekayaan alam “dunia ketiga” yang kaya sumber alam tetapi tidak menguasai teknologi. Posisi terakhir “dunia ketiga” adalah sebagai penyedia sumber daya alam yang dieksploitasi perusahaan-perusahaan raksasa Barat, kemudian menjadi pasar eksotis produk-produk fabrikasi mereka yang padat modal dan efisien tinggi.
Meski sekulerisme sudah mendarah daging di dalam diri masyarakat Barat dan menjadi satu ideologi, tetapi mereka pada umumnya tidak terlalu memikirkan substansi ideologi sekular sebagai sebuah gagasan yang mendasari pola berpikir dan berperilaku. Mereka cenderung pragmatis demi dan dalam mengejar kenyamanan hidup daripada memikirkan gagasan, apakah itu sekulerisme atau ideologi yang lain.
Akhirnya dibalik rencana musuh-musuh Islam yang ingin menularkan virus “sekulerisme” ternyata muncullah riak-riak kebangkitan yang mengagetkan mereka. Barat dan pada umumnya masyarakatnya yang menganut kapitalis dan sekuleris merasa terkejut ada sekelompok orang yang memperjuangkan ideologinya. Serangan 11 September 2001, serangan London, jaringan computer di Spanyol dan lain-lain telah menimpa mereka serta baru tersadar bahwa pelakunya adalah sekelompok orang yang memperjuangkan suatu tatanan hidup yang didasari keyakinan tertentu.
Lebih terkejut lagi ternyata ideologi kelompok fundamentalis Islam itu menyediakan semua yang mereka perlukan untuk mewujudkan cita-citanya. Kodifikasi ideologi itu menyediakan motivasi yang terus memberikan dorongan mereka untuk melakukan tindakan dan memberinya janji kemenangan dan kebahagiaan sesudah kematian. Kita lihat realita dari para pejuang Islam yang istilahnya mereka “mencari mati” dalam memperjuangkan Islam. Sebegitu yakinnya ketika mereka terpanggil untuk membela saudara-saudaranya yang tertindas dan mengembalikan izzah Islam bahwa bayangan jannah telah menunggu mereka. Suatu kekuatan yang tidak mungkin didapatkan di ideologi yang lain, apalagi Barat yang hanya mengagungkan dunia dan paham-paham perusak aqidah seperti sekulerisme, nasionalisme dan sebagainya.
Cita-cita yang agung dan dimiliki sekelompok orang akhirnya membentuk sebuah frame work (kerangka kerja) yang memungkinkan untuk membaca realitas, merumuskan tindakan yang sesuai kenyataan untuk dihadapi dan membangun organisasi yang sesuai dengan tindakan yang diambil. Kelompok dengan ideologi seperti ini sekarang dipersonifikasikan oleh Al-Qaeda dan Jama’ah Islamiyah (JI).
Kekhususan itu yang menyebabkan organisasi dan pemikiran Al-Qaeda dan JI dianggap sebagai bahaya besar dan permanen bagi barat saat ini. Kepentingan mereka untuk menancapkan taringnya di negara lain seolah terganggu dan terancam punah. Akhirnya para intelektual barat fokus pada kajian tentang ideologi kedua komunitas itu; data-data dan analisis tentang kedua kelompok tersebut terus diupdate dan dikembangkan untuk melakukan prediksi dan memberikan rekomendasi.
Sasaran Kebangkitan Islam
Pemurnian Islam dari pengaruh Barat, pelaksanaan syariat Islam dan penegakan kekhalifahan serta pembebasan tempat suci umat Islam merupakan tujuan pertama gerakan fundamentalisme Islam. Sedangkan penegakan jihad untuk perubahan seluruh dunia menjadi Islam, adalah tujuan kedua.
Padahal jika kita menilik sejarah, ketika Islam menguasai dunia maka kemakmuran akan terjadi. Tidak ada orang non muslim yang terdzalimi. Sebenarnya penegakan syariat Islam harus didukung oleh siapa saja.Tapi kini malah sebaliknya, bahkan notabene muslim pun enggan menggunakan syariat Islam apalagi memperjuangkannya.
Jadi, persoalan yang menjadikan barat memusuhi Islam itu jelas. Tujuan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya untuk dilaksanakan. Tak ada argumentasi yang lebih jelas untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan umat Islam melebihi 3 persoalan mendasar tersebut; pelaksanaan syariat Islam, penegakan kekhalifahan serta pembebasan tempat suci umat Islam.
Jadi, mereka tidak dimusuhi Barat karena melaksanakan shalat, puasa, sedekah dan menunaikan haji semata. Mereka dimusuhi karena lantaran shalat membuat mereka mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini membahayakan industri kemaksiatan yang mereka gelontorkan untuk merusak generasi muda Islam. Begitu pula mereka tidak diperangi karena sedekah. Tetapi lantaran sedekah diperuntukkan untuk mendanai kelompok-kelompok yang berjuang untuk Islam akhirnya barat memeranginya. Bukan karena puasa Ramadhan semata, tetapi karena puasa mereka membuahkan empati dan solidaritas kepada saudara lainnya yang tertindas oleh Kristen Barat dan Yahudi. Rajin haji juga bukan sebab menjadi sebab diperangi, tetapi karena hajinya menjadikan mereka membangun komunikasi dunia Islam dan membangkitkan solidaritas untuk tujuan tiga pokok tadi, maka mereka menjadi sasaran dimusuhi.
Persoalan Keberpihakan
Bagi umat Islam kebanyakan yang mayoritas berada dalam ketidaktahuan, persoalannya karena taqlid (ikut-ikutan) dan meletakkan kepercayaan kepada pemimpin yang salah. Tetapi bagi para pemimpin, persoalannya adalah keberpihakan. Ini adalah pilihan bebas sebagai orang merdeka yang mengetahui akibat dari pilihan yang diambil; dunia maupun akhirat. Jika mereka memilih berpihak pada abna’ ash-shohwah al-Islamiyah maka di dunia akan tercatat dengan tinta emas bahkan sekian waktu ketiadaannya dan di akhirat akan menuai buah pilihan kebaikannya.
Tetapi jika memilih untuk menjadi pelayan Barat, mereka tidak mungkin dapat menghentikan kehendak kauniyah Allah untuk memenangkan dien-Nya. Mereka memilih untuk mendapatkan ismu adz-dzam (celaan), ghodlob(kemurkaan) dan tentunya neraka Allah yang Maha Segala Sesuatu.
Sikap Para Aktivis Dakwah?
Abna’ ash-shohwah al-Islamiyah dimusuhi karena ajakan dan seruannya untuk mengimplementasikan syari’at Islam dan dengan rincian tujuan utama di atas. Jadi, jelas bahwa agenda umat Islam baik tashawwur maupun misinya secara berjenjang. Sebagaimana bagaimana barat menghalangi Islam dan kemajuan umatnya.
Jika masih tersisa simpati dan keberpihakan, maka pilihlah yang berpijak kepada argumentasi syariat, ber-visi ke depan meraih pujian, keridlaan dan jannah-Nya serta hanya berpihak kepada abna’ ash-shohwah al-Islamiyahdengan segala konsekuensi dunianya. Serulah umat untuk komitmen kepada dien dan syariat-Nya. Ajaklah umat Islam untuk memberikan dukungan kepada mereka yang memiliki komitmen untuk menegakkan dien Allah dan syariat-Nya dengan penuh tawakal.
Jika dengan ajakan itu para du’at harus mengalami bermacam-macam tekanan, pemboikotan, pengusiran, pemenjaraan bahkan menghadapi pembunuhan maka hal itu merupakan ujian dari Allah. Ini garis tsugur yang mesti dijaga setiap da’i Muslim. Ibnu al-Qoyyim menempatkan pada martabat ke-5 dan 6 dari maratib al-jihad ; daf’u syubhat wa syahawat (membantah syubhat dan menjaga diri dari nafsu syahwat). Jika garis ini ditinggalkan oleh penjaganya, pasti musuh akan menerobos masuk dan mengobrak-abrik pertahanan umat Islam melalui pos penjagaan yang kosong tersebut.
Dhani el-Ashim
sumber : kiblat.net
sumber : kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar